Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dalam bisnis, pasti banyak tantangan yang wajib dihadapi. Seperti PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) misalnya, salah satu tantangan terbesar anggota Grup Salim ini adalah paparan kurs mata uang.
Mengutip prospektus obligasi perusahaan, (14/5), manajemen menggunakan asumsi pergerakan kurs 10% baik itu untuk kenaikan maupun penurunan. Misal, tahun lalu ada pelemahan rupiah sebesar 10%. Dengan menggunakan seluruh variabel lain tetap alias ceteris paribus, maka dengan pelemahan sebesar itu laba sebelum beban pajak penghasilan INDF tahun lalu lebih rendah Rp 628,8 miliar.
Begitu pula sebaliknya. Jika tahun lalu ada penguatan rupiah 10% maka laba sebelum sebelum beban pajak INDF menjadi lebih tinggi Rp 628,8 miliar. Semua pergerakan tersebut sangat dipengaruhi oleh kerugian atau keuntungan translasi kas dan setara kas, deposito berjangka, piutang, dan utang yang semuanya menggunakan kurs USD.
Salah satu tantangan lain yang tidak bisa dihindari INDF adalah soal beban pokok perusahaan yang berasal dari bahan baku, yakni gandum. Rata-rata harga gandum free on board (FOB) tahun 2013 sebesar Rp US$ 338 per ton. Angka ini turun dibanding tahun 2012 yang sebesar US$ 365 per ton.
Lalu, harga hard wheat medium protein content tahun 2013 sebesar US$ 328 per ton dan tahun sebelumnya tercatat sebesar US$ 323 per ton. Terakhir, harga rata-rata jenis soft wheat tercatat sebesar US$ 305 per ton pada tahun 2013 dan US$ 300 per ton tahun 2012.
Kenaikan tersebut otomatis membuat beban pokok INDF tahun buku 2013 tercatat sebesar Rp 43,4 triliun. Angka ini naik 18,55% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, Rp 36,61 triliun.
Bisa dipastikan, semua paparan tersebut bakal terjadi selama bisnis INDF berjalan. Tekanan kian besar jika kondisi makro Indonesia kembali tidak stabil. Tapi, tentunya manajemen punya cara tersendiri untuk menghadapi paparan tersebut.
Grup Indofood, tak terkecuali INDF memiliki pendapatan dengan kurs mata uang asing yang diperoleh dari penjualan ekspor. Artinya, ini merupakan lindung nilai alias hedging secara natural.
Selain itu, entitas anak Grup Salim mengadakan transaksi derivatif, khususnya pertukaran mata uang (cross curency swaps) untuk mengelola dampak resiko mata uang karena translasi kurs mata uang asing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News