Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. November ditutup dengan merosotnya nilai tukar rupiah. Gempuran dari eksternal tidak bisa dielakkan. Apalagi dengan keadaan internal yang minim daya tahan.
Di pasar spot, Senin (30/11) valuasi rupiah melemah 0,33% ke level Rp 13.847 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Hal serupa juga terjadi di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah merosot 0,67% di level Rp 13.840 per dollar AS.
Menurut pemaparan Trian Fathria, Research and Analyst Divisi Treasury PT Bank BNI Tbk libur beberapa hari di akhir pekan AS sebagai perayaan Thanksgiving dimanfaatkan masyarakat AS untuk berbelanja. Tingginya spending masyarakat meningkatkan bursa di negeri paman sam. Imbasnya positif bagi mata uang.
Tidak heran hingga Senin (30/11) pukul 17.15 WIB index sudah melesat 0,18% ke level 100,20. "Ini karena USD sebagai safe haven digandrungi menyusul semakin dekatnya pertemuan FOMC di pertengahan Desember 2015 nanti," kata Trian. Diduga the Fed sudah siap menaikkan suku bunganya dengan ekonomi yang terlihat lebih solid.
Belum lagi koreksi euro yang masih terus berlangsung menguntungkan USD. “Pasar juga menanti pertemuan European Central Bank (ECB) 4 Desember 2015 mendatang yang diduga dovish,” tambah Trian. Memang dalam pertemuan tersebut diprediksi ECB akan menambah gelontoran stimulus untuk menggenjot ekonomi Eropa.
"Keadaan kontras Eropa dan Amerika ini juga jadi nilai positif bagi pergerakan USD di pasar," tambah Trian.
Dari dalam negeri sendiri, di akhir bulan memang permintaan USD meningkat untuk tenggat membayar utang. Itu sudah lazim terjadi di setiap penghujung bulan yang akan menyeret rupiah.
"Jadi nyaris dipastikan, di hari terakhir November 2015 ini tidak ada penopang bagi rupiah," tutup Trian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News