CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Tambah produk, laba TPIA menggemuk


Sabtu, 19 Agustus 2017 / 11:02 WIB
Tambah produk, laba TPIA menggemuk


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Perusahaan petrokimia terbesar di Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk, semakin gencar berekspansi. Untuk mendanai ekspansi, emiten dengan kode saham TPIA ini menerbitkan saham baru melalui rights issue sebesar Rp 5,03 triliun atau sekitar US$ 378 juta. Hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) TPIA tercatat efektif sejak Senin, (14/8).

Perseroan ini menawarkan sebanyak 279,74 juta saham baru, dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham. Setiap pemegang 47 saham lama berhak atas 4 HMETD (rights). Setiap 1 HMETD memiliki hak untuk membeli 1 saham baru dengan harga pelaksanaan Rp 18.000.

Penawaran Chandra Asri diterima dengan baik di pasar, hingga terjadi kelebihan order book. Sebagian besar order book tersebut berasal dari investor besar Thailand, investor jangka panjang lokal dan internasional, dana multi strategi serta perusahaan asuransi. Penempatan order book dialokasikan sangat ketat, dengan lima investor teratas memperoleh 90% dari total order book dan 10 investor teratas mendapatkan 95% dari total order book.

TPIA memperkirakan dapat meraup dana hasil rights issue sebanyak-banyaknya sekitar Rp 5 triliun. Perolehan dana hasil rights issue tersebut akan dimanfaatkan untuk membiayai belanja modal guna meningkatkan skala usaha. Salah satunya, untuk menambah kapasitas produksi dan diversifikasi produk.

Dalam prospektus, tertulis bahwa TPIA akan menggunakan dana hasil rights issue untuk membiayai enam proyek. Pertama, perluasan pabrik butadiena, yang diestimasi memakan biaya US$ 42 juta. Pabrik baru tersebut ditargetkan bisa beroperasi pada kuartal II-2018.

"Saat ini, kapasitas produksi pabrik butadiena 100.000 ton, dengan melakukan modifikasi engineering kapasitas produksi akan bertambah 37.000 ton, sehingga total kapasitas produksi butadiena menjadi 137.000 ton," kata Harry Tamin, Head of Investor Relation TPIA, kepada KONTAN, Jumat (18/8).

Kedua, TPIA akan meningkatkan kapasitas naphtha cracker. Ekspansi ini diperkirakan menelan biaya US$ 45 juta dan direncanakan beroperasi kuartal I-2020.

Ketiga, perseroan ini menargetkan akan mengoperasikan pabrik polietilena baru pada kuartal IV-2019. Investasi ini bakal memakan biaya sebesar US$ 356 juta. Harry mengatakan dengan menambah satu pabrik, kapasitas produksi pabrik polietilena yang saat ini 336.000 ton per tahun bisa bertambah 400.000 ton per tahun. Jadi, total kapasitas produksi polietilena mencapai 736.000 ton per tahun.

Keempat, proyek yang masih dalam perencanaan, TPIA akan melakukan perluasan pabrik polipropilena yang diestimasi membutuhkan dana sebesar US$ 15 juta. Harry mengatakan perluasan pabrik polipropilena bisa menambah kapasitas produksi dari 480.000 ton per tahun, menjadi 590.000 ton atau naik 110.000 ton per tahun.

Diversifikasi

Kelima, TPIA juga berencana melakukan diversifikasi produk dengan membangun pabrik methyl tertiary butyl ether (MTBE) dan butene-1. "Pabrik yang belum pernah kami miliki adalah MTBE dan butene-1, diharapkan dengan terbangunnya pabrik tersebut kami bisa menambah portofolio dalam produk turunan kami," kata Harry.

Ekspansi ini diestimasikan membutuhkan biaya US$ 100 juta dan diestimasikan mulai beroperasi pada kuartal II-2020. Sebelumnya dalam berita KONTAN, pabrik MBTE dan butene-1 akan dibangun lewat anak usaha TPIA, T Petrokimia Butadiene Indonesia (PBI). Pabrik baru itu berkapasitas produksi 128.000 ton MBTE per tahun dan 43.000 ton butene-1 per tahunnya.

Keenam, TPIA berencana membangun kompleks petrokimia kedua yang diestimasikan membutuhkan dana sekitar US$ 455 juta. Terlihat belanja modal TPIA sejalan dengan strategi bisnis perusahaan dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan efisiensi. Perluasan variasi produk melalui proyek integrasi produk hilir dilakukan guna mempertahankan posisi sebagai pemimpin pasar di dalam industri petrokimia Indonesia.

Harry memprediksi laju bisnis TPIA ke depan masih akan cerah, seiring dengan harga minyak dunia yang masih dalam level rendah. Sebagai gambaran, harga minyak WTI Jumat (18/8) mencapai US$ 47 per barel. TPIA menggunakan naphtha cracker yang merupakan ekstrak dari minyak bumi sebagai bahan baku. "Margin masih bisa terjaga di harga minyak sekarang," kata Harry.

Namun, Harry menyadari TPIA memiliki tantangan dengan harga produk TPIA yang mirip atau mengikuti harga komoditas minyak. Dengan demikian, dinamika supply dan demand pada pasar regional hingga global bisa berpengaruh pada kinerja TPIA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×