Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dengan kasus positif virus corona yang masih terus bertambah, kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) masih menjadi salah satu cara pemerintah dalam mengerem laju penyebaran Covid-19. Baru-baru ini, pemerintah kembali menerapkan PSBB di DKI Jakarta.
Kendati demikian, efek PSBB kali ini dinilai tidak akan memberatkan emiten media seperti PT Surya Citra Media Tbk (SCMA). Analis Panin Sekuritas Rendy Wijaya menjelaskan, PSBB kali ini lebih longgar dibandingkan dengan PSBB transisi fase I sebelumnya. Bahkan, ia melihat ini justru sebagai katalis positif untuk SCMA.
“Aktivitas produksi bisa perlahan kembali ke level awal seiring PSBB yang lebih longgar. Selain itu, pada paruh kedua tahun ini, beberapa acara yang biasanya diselenggarakan secara live juga mulai kembali tayang, seperti acara-acara dari platform e-commerce,” jelas Rendy kepada Kontan.co.id, Selasa (13/10).
Baca Juga: Analis ini rekomendasikan buy saham SCMA, ini alasannya
Lebih lanjut, rendy menilai SCMA akan berpotensi mencatatkan perbaikan dibandingkan dengan semester I-2020. Dengan kembali mulai ditayangkannya program-program live, proses produksi yang pulih, dan pemulihan kinerja di berbagai sektor usaha, akan berdampak positif terhadap peningkatan permintaan iklan televisi dan digital ke depan.
Terlebih, acara-acara live memiliki revenue per hour yang tinggi dan berpotensi untuk meningkatkan pendapatan SCMA di 2H20.
SCMA sendiri cukup terpukul oleh dampak diberlakukannya PSBB ketat pada medio kuartal II-2020 silam. Hal ini tercermin dari turunnya pendapatan SCMA menjadi Rp 2,3 triliun atau turun 14,6% secara year on year (yoy). Sementara dari sisi laba bersih, SCMA mengantongi Rp 600,9 miliar atau turun 23,3% secara yoy.
Analis Indo Premier Sekuritas Elbert Setiadharma mengatakan, penurunan pendapatan dan laba bersih SCMA sudah diekspektasikan dan in-line dengan perkiraannya. Pasalnya, dengan perolehan tersebut, SCMA sudah memenuhi 55% dari proyeksi Indo Premier Sekuritas dan 59% konsensus untuk kinerja tahun 2020.
Walaupun dari sisi penjualan pada kuartal II-2020 cenderung lemah, SCMA berhasil meningkatkan GPM mereka hingga 770 bps year on year menjadi 61,5%. Elbert menyebut, hal ini diakibatkan oleh rendahnya biaya dalam menayangkan ulang seiring aktivitas produksi konten harus ditunda akibat PSBB.
“Kami melihat GPM SCMA akan kembali meningkat pada sisa akhir tahun ini walau tidak akan sesignifikan semester I-2020. SCMA masih akan menayangkan ulang program sebanyak 50%, pada periode sebelum Covid-19 biasanya hanya 38%. Pada akhirnya, proyeksi kami GPM SCMA pada tahun ini akan naik 456 bps menjadi 52,8% dari 48,2% pada tahun lalu,” ujar Elbert dalam risetnya pada 3 Agustus 2020.
Dari sisi fundamental, Rendy menilai SCMA masih cukup solid di mana posisi neraca tercatat net cash, karena nilai kas melebihi nilai utang yang dimiliki.
Selain itu, di 2020 ini juga terdapat perbaikan marjin keuntungan, khususnya marjin laba kotor seiring dengan meningkatnya penggunaan re-run programs. Tercatat, hingga Juni 2020, sekitar 60%-70% dari program yang ditayangkan SCMA merupakan re-run programs.
“Hal ini mampu menghemat biaya produksi, namun di sisi lain tetap mampu mendukung SCMA untuk mempertahankan posisi audience share yang tinggi di mana jika dilihat per stasiun TV, SCTV dan Indosiar masih menjadi market leader dibandingkan dengan peers,” tambah Rendy.
Baca Juga: IHSG melaju lagi 0,78% ke 5.093,10, Senin (12/10), net sell asing Rp 104,93 miliar
Ke depan, Elbert menilai, pada kuartal III-2020, SCMA akan memiliki outlook yang lebih baik. Pasalnya, acara langsung dan program olahraga akan kembali mulai berjalan meskipun dengan kapasitas terbatas maupun tanpa penonton langsung.
Dus, SCMA diperkirakan akan mendapatkan tambahan iklan baik pada program free-to-air (FTA) maupun di vidio.com.
Dengan pertumbuhan kinerja dan iklan yang lebih baik, kemampuan SCMA dalam melakukan efisiensi, Elbert menyebut, kuartal II-2020 merupakan bottom bagi SCMA dan selepas itu kinerjanya akan membaik.
“Selain pertumbuhan digital yang terus berlanjut, dalam waktu dekat SCMA akan mengumumkan partner baru untuk Vidio.com juga menjadi katalis positif. Oleh sebab itu, kami mempertahankan rekomendasi untuk buy SCMA dengan target harga Rp 1.550 per saham,” pungkas Elbert.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News