kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak menguat banyak pasca pemangkasan bunga acuan, rupiah perlu waspada sentimen lain


Kamis, 19 September 2019 / 17:33 WIB
Tak menguat banyak pasca pemangkasan bunga acuan, rupiah perlu waspada sentimen lain
ILUSTRASI. Pasokan uang rupiah


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dini hari pagi tadi, bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 basis poin. Penurunan suku bunga ini diikuti juga oleh bank sentral Indonesia Bank Indonesia (BI) yang juga menurunkan suku bunganya sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Pemangkasan suku bunga oleh kedua bank sentral ini berdampak pada rupiah yang ditutup menguat tipis 0,05% menjadi Rp 14.060 per dolar AS.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mengatakan dampak dari pemangkasan suku bunga ini tak begitu besar bagi pergerakan rupiah. Pasalnya, pemangkasan suku bunga acauan ini telah diprediksi oleh pelaku pasar jauh-jauh haru sehingga sudah diantisipasi oleh pasar. “Dampaknya tidak besar, harga sudah priced in,” ujar Reny.

Reny bilang posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dinilai masih kompetitif. Ia bilang level ini masih aman dan kuat bagi rupiah karena sesuai dengan kondisi fundamentalnya ekonomi saat ini. “Masih kompetitif juga terhadap ekspor,” ujar Reny.

Baca Juga: Investor sudah perhitungkan pemangkasan suku bunga acuan BI, rupiah menguat tipis

Hal yang sama juga disampaikan oleh Ekonom Bank Permata Josua Pardede. Bahkan, ia bilang pemangkasan suku bunga ini tak berpengaruh bagi pergerakan rupiah. “Dampaknya bagi ke rupiah tidak kemana-mana,” ucap Josua.

Menurut Reny, saat ini yang perlu diperhatikan ialah situasi terbaru dari perang dagang antara AS dan China. 

Ia mengatakan Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu memutuskan untuk menangguhkan rencana kenaikan tarif impor baru bagi China sampai Oktober. “Kita tunggu saja sampai Oktober, apakah Trump akan mengenakan tarif barunya atau tidak jadi melakukan rencana tersebut,” jelas Reny.

Josua juga mengingatkan bahwa sentimen perang dagang perlu diperhatikan karena termasuk sentimen utama yang mempengaruhi pergerakan rupiah. 
Ia bilang perang dagang ini belum berakhir. Rencananya pada Oktober, pejabat AS dan China akan melanjutkan negosiasi dagangnya. 

“Kalau tidak ada negosiasi atau hasil yang final tentunya tarif akan tetap berlaku dan dampaknya akan memperlambat pertumbuhan global,” jelas Josua.

Sementara Analis Asia Trade Point Future Deddy Yusuf mengatakan sentimen yang berpengaruh pada rupiah saat ini ialah perkembangan geopolitik di wilayah timur tengah yang memiliki kabar tidak menyenangkan. 

Deddy bilang Presiden Trump sedang mempertimbangkan sanksi lebih keras terhadap Iran yang dituduh sebagai pelaku penyerangan kilang minyak di Arab Saudi. “Amerika Serikat sedang menggodok, dalam 48 jam ke depan seperti apa sanksi yang akan dibebankan ke Iran,” ujar Deddy.

Walaupun berencana memberikan sanksi berat, Deddy mengatakan tidak ada indikasi dari presiden Trump untuk melakukan agresi militer terhadap Iran. 
Hanya saja, ia menyampaikan ada indikasi dari Arab Saudi untuk berkoalisi dengan negara-negara Eropa dengan tujuan agresi militer. “Ada potensi juga jika situasi ini memanas bukan tidak mungkin perang terbuka ini bisa terjadi antara Iran dengan sekutu Arab Saudi,” jelas Deddy.

Deddy berpendapat masalah tersebut bisa menyebabkan rupiah masih ada peluang mengalami pelemahan. Hal ini dikarenakan situasi geopolitik ini membuat investor menahan untuk mengoleksi mata uang garuda. “Pelaku pasar masih melihat dolar AS bisa menjadi safe haven di tengah ketegangan ini,” ujar Deddy.

Berbicara tentang situasi geopolitik di timur tengah ini, Reny dan Josua juga menyebutkan sentimen ini turut mempengaruhi pergerakan rupiah. Hanya saja, Reny melihat situasi geopolitik ini secara perlahan sudah diselesaikan. Oleh karena itu, ia bilang sentimen ini malah bisa menjadi pendorong rupiah untuk menguat.

Baca Juga: Suku bunga turun, rupiah hari ini ditutup menguat ke level Rp 14.060 per dolar AS

Dari domestik, Reny mengatakan masih ada tantangan untuk pemerintah memperkuat pertumbuhan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi global. Ia mengatakan kinerja ekspor Indonesia saat ini kurang bagus karena permintaan dari global yang juga menurun.

Deddy mengatakan, pada Oktober akan ada pengaruh dari sentimen domestik. Hal ini mengingat ada pelantikan presiden baru dan pengumuman jajaran menterinya. “Kita lihat apakah menteri-menteri baru nanti sesuai dengan selera investor atau tidak,” ujar Deddy.

Reny menyebutkan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.100 per dolar AS pada pekan depan. Sementara sampai akhir tahun rupiah akan berada di level Rp 14.248 per dolar AS. 

Sedangkan Josua melihat rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.175 per dolar AS pada pekan depan. Sementara itu, sampai akhir tahun, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 14.000 - Rp 14.150 per dolar AS h

Sedangkan Deddy memperkirakan rupiah pada pekan depan ada di rentang Rp 14.010 - Rp 14.140 per dolar AS. Hingga akhir tahun rupiah bisa di rentang Rp 14.000 - Rp 14.175 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×