kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tak Mau Seperti BUKA, Ini Cara Manajemen GOTO Cegah Harga Saham Anjlok Pasca IPO


Rabu, 16 Maret 2022 / 14:33 WIB
Tak Mau Seperti BUKA, Ini Cara Manajemen GOTO Cegah Harga Saham Anjlok Pasca IPO
ILUSTRASI. Tak Mau Seperti BUKA, Ini Cara Manajemen GOTO Cegah Harga Saham Anjlok Pasca IPO


Reporter: Adi Wikanto, Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Adi Wikanto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran saham perdana atau Initial Public Offering (IPO) saham GOTO dari PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dimulai. Manajemen GOTO sudah menyiapkan strategi untuk mencegah harga saham anjlok pasca IPO.

Penurunan harga saham pasca IPO memang menjadi kekhawatiran calon investor GOTO. Pasalnya, IPO saham GOTO ini mengingatkan dengan kejadian penawaran saham BUKA dari PT Bukalapak.

Pada 6 Agustus 2021, Bukalapak yang merupakan kompetitor GOTO sudah lebih dahulu IPO saham BUKA dengan harga 1.060 per saham. Harga saham BUKA sempat naik ke level 1.110 per saham pada 9 Agustus 2021, tapi setelah itu melorot tajam

Pada perdagangan hari ini, Rabu 16 Maret 2022 pukul 14.24, harga saham BUKA berada di level 264, turun 12 poin atau -4,35% dalam 24 jam perdagangan. Nah, penurunan harga saham tersebut dikhawatirkan oleh investor yang ingin membeli saham GOTO.

Namun, manajemen GOTO sudah menyiapkan strategi untuk mencegah penurunan harga saham pasca IPO. Strategi tersebut adalah penggunaan struktur SDHSM dan greenshoe.

Baca Juga: Ini Cara Beli IPO Saham GOTO dan Saran Analis yang Perlu Dipertimbangkan

CEO Grup GoTo Andre Soelistyo menuturkan, struktur SDHSM atau multiple voting shares (MVS) memang relatif baru diperkenalkan untuk perusahaan publik di Indonesia. Namun, mekanisme ini sejatinya sudah normal digunakan di seluruh dunia, apalagi untuk perusahaan teknologi.

"Perusahaan seperti Google, Facebook, Amazon, Alibaba dan seterusnya, memiliki struktur yang sangat mirip dengan SDHSM ini," ujar Andre dalam paparan publik IPO GoTo yang digelar secara virtual, Selasa (15/3).

Struktur SDHSM ini, sambung Andre, memberikan hak kepada para pendiri perusahaan dan beberapa tim manajemen untuk mendapatkan hak suara mayoritas. Dengan begitu, mereka tetap bisa mengambil keputusan secara cepat dan mengeksekusi strategi guna menumbuhkan bisnis sesuai visi jangka panjang perusahaan.

"Ini sangat penting bagi kami semua. Mudah-mudahan dengan struktur ini, kami juga bisa terus bertanggung jawab untuk keberhasilan dan keberlanjutan perusahaan," ujar Andre.

Dalam IPO ini, GoTo telah menunjuk PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) sebagai penjamin pelaksana emisi efek atau joint lead underwriters.

GoTo menawarkan sebanyak 48 miliar saham baru Seri A dengan kemungkinan ditingkatkan sampai dengan sebanyak-banyaknya 52 miliar saham baru dan mewakili hingga 4,35% dari modal ditempatkan dan disetor Perusahaan setelah selesainya IPO (tidak termasuk saham tambahan dari opsi penjatahan lebih).

Dengan jumlah saham yang ditawarkan, GoTo dapat mengumpulkan dana setidaknya Rp 15,2 triliun (US$ 1,1 miliar), dengan tambahan Rp 2,3 triliun (US$ 160 juta) dari greenshoe. 

President Director PT Indo Premier Sekuritas Moleonoto The menjelaskan bahwa greensoe merupakan mekanisme yang memberikan GoTo fleksibilitas untuk menunjuk broker sebagai agen stabilisasi dalam periode 30 hari sejak saham GoTo listing di bursa efek.

"Dalam waktu 30 hari, agen stabilisasi bisa membeli saham GoTo di harga berapa pun sampai dengan maksimum harga IPO. Dana berasal dari saham treasuri yang sudah dimiliki GoTo, yang mana GoTo memiliki pilihan untuk melepasnya, melalui penawaran terbatas bersamaan dengan IPO," terang Moleonoto.

Sehingga dia menjelaskan, skema greenshoe ini tidak dengan melepas saham baru, tapi atas saham treasuri yang sudah ada. Dalam menerapkan greenshoe ini, GoTo menetapkan sampai dengan sebanyak-banyaknya 15% dari jumlah saham yang ditawarkan saat IPO, atau 7,8 miliar saham, yang akan diambil dari saham treasuri.

Skema ini juga menjadi bagian dari strategi GoTo dalam menjaga volatilitas saham di awal IPO. 

Mengenai hal ini, Managing Director-Investment Banking Trimegah Sekuritas Indonesia David Agus menyampaikan, tingkat harga atau valuasi yang diputuskan dalam IPO sudah mencerminkan kekuatan bisnis dan fundamental yang dimiliki GoTo.

Baca Juga: Mitra Driver, Merchant, Pelanggan Gojek-Tokopedia Dapat Jatah Saham IPO GoTo

Sebagaimana pembelian saham yang lain, David mengingatkan bahwa investor mesti fokus pada potensi, prospek, maupun nilai yang besar dari ekosistem perusahaan di masa depan. 

"Kalau dari rentang harga yang kitakeluarkan, kapitalisasi pasar (GoTo) akan berada di atas Rp 40 triliun, tepatnya di sekitar Rp 413,7 triliun, yang berpotensi menjadi sala satu kapitalisasi terbesar di Indonesia," tandas David.

Grup GoTo berencana menggunakan dana hasil IPO, setelah dikurangi biaya emisi, untuk modal kerja guna mendukung strategi pertumbuhan perusahaan. GoTo akan melakukan penawaran awal (book building) antara 15-21 Maret 2022. Masa penawaran umum ditargetkan akan dilakukan pada 29-31 Maret 2022.

Kemudian pencatatan di Papan Utama BEI dengan kode saham GOTO akan dilakukan dalam beberapa minggu ke depan. 

Dengan kisaran harga untuk IPO sebesar Rp 316 hingga Rp 346 per saham, maka kapitalisasi pasar saat pencatatan saham di BEI diperkirakan mencapai antara Rp 376,6 triliun (US$ 26,2 miliar) dan Rp 413,7 triliun (US$ 28,8 miliar).

Cara membeli IPO saham GOTO

Sesuai jadwal IPO saham GOTO, saat ini hingga 21 Maret 2022 adalah tahap masa penawaran awal. Kemudian, pemesanan IPO saham GOTO dapat dilakukan pada 29-31 Maret. Selanjutnya pada 4 April 2022 adalah tanggal pencatatan saham perdana GOTO di Bursa Efek Indonesia. 

Jika Anda berminat membeli IPO saham GOTO, bisa menggunakan layanan di laman e-IPO. Dilansir dari Kompas.com, berikut cara beli saham IPO GOTO di laman e-ipo.co.id:

  • Buka laman e-ipo.co.id.
  • Pilih menu Register.
  • Masukkan alamat email aktif.
  • Pilih Tipe Investor.
  • Isi data yang diminta.
  • Buka email dan klik alamat website yang dikirim di email masuk untuk melakukan autentikasi.
  • Masukkan kode OTP.
  • Setelah melakukan registrasi akun, klik Login.
  • Masukkan email dan password lalu klik Login.
  • Halaman akan menampilkan berbagai perusahaan yang sedang melakukan IPO.
  • Pilih GoTo dan klik Info Lebih Lanjut.
  • Baca informasi terkait saham GoTo dengan seksama.
  • Baca juga prospektus GoTo.
  • Klik Pesan.
  • Pilih Broker pilihan di kolom Participant.
  • Boleh memilih broker atau sekuritas di mana Anda sudah terdaftar sebagai nasabah.
  • Masukkan Harga dan Jumlah Lot yang diinginkan.
  • Pastikan jumlah harga yang dimasukkan sudah sesuai dengan rentang harga yang ditentukan perusahaan.
  • Pilih Ya atau Tidak pada tiga pertanyaan yang tersedia.
  • Klik Kirim.
  • Teliti kembali data yang diisi sudah benar, lalu klik Simpan. Isi kode OTP yang dikirim ke nomor ponsel yang sudah terdaftar.
  • Klik Simpan Pesanan. Pesanan akan tersimpan dan tunggu proses verifikasi pesanan oleh Partisipan Sistem. 

Baca Juga: Gojek Tokopedia Akan IPO Saham GOTO, Cek Saran Analis dan Cara Membelinya

Sesuai dengan ketentuan OJK, minat yang disampaikan langsung oleh calon investor di masa book building ini harus dikonfirmasi oleh calon investor jika ingin diteruskan ke masa Offerring. 

Konfirmasi dapat dilakukan dengan cara berikut ini: 

  • Buka menu Active Order pada laman e-IPO Anda.
  • Klik "I have already read the prospectus".
  • Sediakan dana di Rekening Dana Nasabah (RDN) yang sesuai dengan jumlah harga saham yang dipesan sebelum masa penawaran umum berakhir.
  • Cek secara berkala situs e-ipo.co.id untuk melihat jumlah beli saham GoTo yang terkonfirmasi.
  • Setelah mendapatkan konfirmasi, saham IPO GoTo yang dipesan pun resmi menjadi milik calon investor sejak 1 hari sebelum tanggal pencatatan saham.

Saran analis untuk pembeli IPO saham GOTO

Analis Fundamental B-Trade Raditya Krisna Pradana berharap skema greenshoe option dan hak suara multipel atau multiple voting shares (MVS) bisa efektif untuk ikut menjaga harga saham GOTO setelah melantai di BEI. Sehingga menawarkan rasa aman terhadap investor yang akan membeli saham GOTO, agar tidak jatuh di bawah harga penawaran perdana.

Raditya melihat sebagian investor masih trauma terhadap kejatuhan harga saham teknologi di lini e-commerce sebelumnya. Meski, sebagian lainnya sangat antusias terhadap IPO GOTO ini.

Menurutnya, ada beberapa hal yang menjadi alasan pelaku pasar untuk buy atau tidak berpartisipasi dalam IPO saham GOTO. Bagi yang memilih buy, mereka optimistis dengan prospek dan ekosistem GoTo yang kuat.

Selain itu, adanya skema greenshoe dan MVS yang akan menopang harga saham GOTO, serta tercatat sebagai calon emiten dengan big caps di jajaran 5 besar membawa euforia yang tinggi.

Sedangkan untuk yang tidak ingin membeli saham GOTO saat IPO, didasarkan pada dua pertimbangan ini. Pertama, GOTO belum mampu membukukan keuntungan bersih secara tahunan. GOTO juga masih berpotensi mencatatkan kerugian bersih dalam beberapa tahun ke depan.

Baca Juga: IPO GoTo, Ini Rincian Penggunaan Dananya

Kedua, IPO saham GOTO berada di momentum ketidakpastian pasar yang cukup tinggi. Dikelilingi sejumlah faktor seperti geopolitik konflik Rusia-Ukraina, rencana kenaikan suku bunga The Fed, hingga rencana lockdown di China.

Rencana kenaikan suku bunga oleh The Fed menjadi pemberat terutama untuk sektor teknologi. Sebab, hal ini berpotensi meningkatkan beban bunga emiten-emiten teknologi.

"Menurut analisis kami, wait and see merupakan suatu langkah yang bijak dalam kondisi ini. Kami prefer melihat pergerakan GoTo saat sudah melantai di bursa," ujar Raditya.

Dihubungi terpisah, Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana melihat bahwa sebagai market leader di sektornya, potensi pertumbuhan GOTO memang menarik. Namun, secara fundamental GOTO masih merugi, dengan kerugian sekitar Rp 12 triliun per September 2021.

Oleh sebab itu, GOTO tidak bisa diharapkan meraih laba bersih dalam jangka pendek. Sehingga yang akan dilihat investor hanya dari sisi growth dan penguasaan pangsa pasar. "Dengan demikian harga GOTO akan volatile mengikuti persepsi investor terhadap dua hal tersebut," kata Wawan.

Dengan marketcap yang besar sekitar Rp 377 triliun - Rp 413 triliun, GOTO berarti setara dengan sekitar 5% dari total marketcap IHSG dan menempati posisi keempat di bawah BBCA, BBRI dan TLKM.

"Dari fund manager yang tracking index akan cenderung mengkoleksi GOTO," imbuh Wawan.

Di sisi lain, skema greenshoe memang memberikan keyakinan pada investor bahwa harga saham GOTO akan dijaga tidak lebih rendah dari harga IPO. Skema ini juga dinilai untuk menjaga harga saham GOTO agar menarik bagi investor global, mengingat rencana GOTO melakukan dual listing di bursa saham luar negeri.

Namun, opsi pada skema greensoe ini terbatas karena sekitar 15% dari lembar saham IPO. Jadi apabila setelah dilakukan pembelian hingga 7,8 miliar lembar saham harganya masih turun, maka harga saham GOTO bisa jebol.

Wawan mengingatkan, meski dengan segala prospeknya, secara fundamental GOTO masih merugi. Wawan berpesan agar pelaku pasar tidak FOMO (Fear of Missing Out) alias hanya ikut-ikutan.

"Berkaca pada IPO jumbo sebelumnya BUKA dan MTEL harga bisa saja turun atau dalam kasus MTEL cenderung tidak bergerak. Investor bisa menunggu di pasar sekunder untuk melihat dulu perkembangannya," ujar Wawan.

Jika tertarik, investor bisa membeli dengan tetap mempertimbangkan faktor risiko. Seperti memiliki exit strategi yang disiplin. Misalnya, cutloss jika rugi 10% dan profit taking jika sudah 20%.

Itulah strategi manajemen GOTO mencegah penurunan harga saham pasca IPO serta cara dan saran bagi investor yang ingin membeli saham perdana. Ingat, disclaimer on, segala risiko investasi atas rekomendasi analis di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×