kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Tak Hanya Terhadap Dolar AS, Rupiah Juga Loyo Menghadapi Mata Uang Lain


Rabu, 09 April 2025 / 13:45 WIB
Tak Hanya Terhadap Dolar AS, Rupiah Juga Loyo Menghadapi Mata Uang Lain
ILUSTRASI. Tak hanya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah juga tunduk terhadap berbagai mata uang lainnya.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah di pasar spot kian melemah, hampir menyentuh Rp 17.000 per dolar AS. Tak hanya terhadap dolar Amerika Serikat (AS), rupiah juga tunduk terhadap berbagai mata uang lainnya.

Pada perdagangan Rabu (9/4), rupiah dibuka di level Rp 16.911 per dolar AS, turun 0,12% dari penutupan perdagangan hari sebelumnya. Pada pukul 11.08 WIB tadi, rupiah bahkan sudah di posisi Rp 16.972 per dolar AS.

Tak jauh berbeda, rupiah juga melemah terhadap sejumlah mata uang, termasuk JPY (Yen Jepang), SGD (dolar Singapura), dan MYR (ringgit Malaysia). Menurut data Bloomberg pada pukul 12.47 WIB, pairing JPY/IDR naik 1,79%, SGD/IDR naik 0,35%, MYR/IDR naik 0,3%.

Baca Juga: Kurs Jual Beli Dolar-Rupiah di Bank Mandiri Hari Ini Rabu (9/4)

Ekonom Bank Danamon Indonesia Hosianna Evalita Situmorang menyebut tekanan terhadap rupiah saat ini masih dominan dari eksternal. Hari ini, ada potensi rupiah akhirnya jebol ke Rp 17.000 di pasar spot.

“Kami melihat kemungkinan level Rp 17.000 per dolar AS dapat dilihat atau diuji secara intraday, terutama jika tekanan dari penguatan USD tetap berlanjut,” ungkap Hosianna kepada Kontan.co.id, Rabu (9/4). 

Dari sisi teknikal dan psikologis, Hosianna menilai intervensi Bank Indonesia (BI) lewat pasar Non Deliverable Forward (NDF) memang masih cukup aktif menopang rupiah semakin terpuruk. “Namun sentimen pasar yang sangat sensitif terhadap konflik dagang dan tarif AS-China membuat tekanan jual terhadap rupiah berlanjut,” lanjutnya.

Soal pelemahan terhadap mata uang lain, Hosianna menyebut rupiah memang masih dibayangi sentimen risk-off global yang kuat. Apalagi setelah China melancarkan aksi balasan untuk tarif AS. Pasar kini cenderung beralih ke aset safe haven dan meninggalkan aset emerging seperti rupiah.

Untuk sejumlah negara, Hosianna menilai kondisi domestik menjadi pendukung penguatan mata uangnya. Misalnya Singapura dan Malaysia. Kata Hosianna, kedua negara ini memiliki kebijakan moneter yang lebih netral dan posisi neraca berjalan yang relatif lebih kuat dibanding Indonesia.

Sementara untuk JPY, penguatannya tak mengherankan. “JPY menguat karena perannya sebagai safe haven currency, terutama saat ketegangan geopolitik dan ekonomi meningkat,” paparnya.

Baca Juga: Kurs Jual Beli Dolar-Rupiah di BCA Hari Ini Rabu (9/4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×