Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin (9/10) lalu. Usai go public, anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini siap menggelar ekspansi di bisnis Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Ekspansi BREN menyasar segmen EBT yang lebih luas, tak berhenti di pembangkit panas bumi.
"Dengan IPO ini, kami berharap dapat terus berkontribusi mendukung Indonesia untuk transisi energi dan menjajaki peluang-peluang EBT lainnya, tidak hanya di industri panas bumi" kata Direktur & Corporate Secretary Barito Renewables Energy, Merly kepada Kontan.co.id, Senin (9/10).
Hanya saja, Merly belum merinci proyek-proyek EBT apa saja yang akan digarap oleh BREN, maupun investasi yang disiapkan untuk memuluskan langkah tersebut. Yang pasti, saat ini BREN sedang merampungkan proyek panas bumi Salak Binary.
Baca Juga: Ini Alasan Emtek (EMTK) Borong Saham Sarana Meditama Metropolitan (SAME)
Merly bilang, proges konstruksi berjalan on-track dan dijadwalkan beroperasi komersial atau commercial operation date (COD) sebelum akhir tahun ini. Selain itu, BREN sedang dalam proses peningkatan kapasitas dengan melakukan retrofit (menggunakan teknologi mutakhir dan menambah kapasitas peralatan penunjang) dari pembangkit listrik yang ada.
Melalui anak usahanya, Star Energy Geothermal, saat ini BREN mengoperasikan pembangkit listrik tenaga panas bumi sebesar 886 megawatt (MW). Adapun, tiga aset operasional pembangkit listrik geothermal Star Energy berada di Wayang Windu (Kabupaten Bandung), Salak (Sukabumi & Bogor) serta Darajat (Kabupaten Garut dan Bandung).
BREN terus melakukan pengembangan lewat anak perusahaannya. Antara lain dengan melakukan Penugasan Survei Pendahuluan dan Eksplorasi (PSPE) panas bumi di dua wilayah, yakni di Hamiding (Maluku Utara) dan Sekincau Selatan (Lampung).
Bersamaan dengan itu, BREN ingin mempertahankan kinerja optimal dengan menjaga tingkat operasional yang tinggi, dengan kapasitas neto rata-rata di atas 90%.
"BREN melalui perusahaan anak menjaga hasil kinerja pengeboran sumur. Mengembangkan teknik pengeboran dan penyelesaian untuk memperoleh sumur dengan efisien," imbuh Merly.
Di samping itu, BREN sedang mengkaji keikutsertaan di dalam Bursa Karbon.
"Saat ini masih kami pelajari terkait aspek-aspek yang lebih detail, mulai dari regulasi, proses pendaftaran, proses sertifikasi dan lainnya," tandas Merly.
Baca Juga: Medco Energi (MEDC) Berharap Kenaikan Harga Minyak Dunia Katrol Kinerja Tahun Ini
Sebagai informasi, dalam proses Initial Public Offering (IPO) BREN telah melepas sebanyak 4,01 miliar saham kepada publik. Jumlah itu setara dengan 3% dari modal ditempatkan dan disetor penuh.
BREN mematok harga sebesar Rp 780 per saham dalam masa penawaran umum yang berlangsung pada 3 Oktober - 5 Oktober 2023. Dus, BREN mengantongi dana senilai Rp 3,13 triliun. Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, seluruh dana hasil IPO tersebut akan dipakai BREN untuk penyetoran modal kepada Star Energy Group Holding (STAR).
Langkah itu dilakukan melalui pengambilan bagian atas saham baru yang akan diterbitkan oleh STAR. Seluruh dana yang telah masuk sebagai setoran modal dari BREN akan digunakan oleh STAR untuk dua keperluan. Pertama, membayar sebagian utang fasilitas B kepada Bangkok Bank Public Company Limited (Bangkok Bank) sekitar US$ 127,83 juta.
Kedua, memenuhi kewajiban pembayaran kepada Star Energy Oil and Gas Pte. Ltd. (SEOG) dan BREN sebagai pelaksanaan dari perjanjian penunjukan dan penggantian biaya. Rincian kewajiban pembayaran berdasarkan perjanjian tersebut adalah kewajiban pembayaran kepada SEOG sebesar US$ 66,5 juta dan kewajiban pengembalian uang muka kepada BREN sebesar US$ 6 juta.
Direktur Utama Barito Renewables Energy Tan Hendra Soetjipto berharap pencatatan saham BREN bisa menjadi tolok ukur baru valuasi perusahaan EBT di Indonesia.
"Dan bisa mendorong lebih banyak lagi perusahaan EBT lainnya untuk mencatatkan diri di pasar modal Indonesia," kata Tan dalam sambutan seremoni IPO, Senin (9/10).
BREN mengawali debut dengan lonjakan harga yang menyentuh level Auto Rejection Atas (ARA). Posisi ARA itu terjadi sejak awal perdagangan dan bertahan hingga penutupan pasar. Harga saham BREN kini bertengger di posisi Rp 975 per saham atau naik 25% dari harga penawaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News