Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Divisi Pengawasan Transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI) telah 49 kali menenetapkan saham dalam kategori pergerakan saham yang tidak wajar atau unusual market activity (UMA) serta menghentikan sementara (suspensi) 25 kali hingga 24 November 2015.
Irvan Susandy, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI mengatakan, jumlah ini lebih sedikit jika dibanding dengan jumlah saham yang masuk UMA dan suspen tahun 2014.
"Tahun lalu UMA 92 kali dan suspen 29 kali," ungkapnya di Jakarta, Rabu (25/11).
Jumlah tersebut hanya dari divisi pengawasan transaksi saja.
Divisi ini menetapkan UMA dan suspen berdasarkan transaksi.
Sementara di BEI terdapat beberapa divisi yang bisa menetapkan suatu saham masuk UMA atau suspen seperi divisi penilaian perusahaan.
Menurut Irvan, tahun lalu jumlah UMA dan suspen lebih banyak lantaran market lebih ramai dibanding dengan tahun ini.
Selain itu, UMA dan suspen tahun ini kebanyakan karena harga sahamnya turun, sedangkan tahun sebelumnya karena harga naik di tengah pergerakan pasar saham yang lebih up tren.
Sementara untuk menetapkan suatu saham masuk kategori UMA maupun suspen, BEI tidak tidak hanya menggunakan parameter tunggal.
Irvan menjelaskan, banyak parameter yang harus dipakai sehingga antara satu saham yang masuk UMA tidak sama parameternya dengan saham lainnya.
Irvan mengatakan parameter yang dipakai sangat kompleks mulai dari pergerakan sahamnya, laporan keuangan emiten, keterbukaaan managemen emiten, siapa yang mentraksasikan sahamnya, fundamental saham dan lain-lain.
"Jadi banyak aspek yang dilihat divisi pengewasan tansaski sebelum mengajukan UMA ke direksi BEI. Tidak lantas karena naik 100 langsung ditetapkan UMA," jelasnya.
Parameter-parameter tersebut ada yang masuk dalam sistem dan ada yang di luar sistem (off) dan itu selalu direview sekali dua tahun agar lebih dekat dengan kondisi pasar.
Irvan menjelaskan, parameter untuk menetapkan UMA dan suspen hampir sama.
Hanya saja, bobotnya yang berbeda. Kalau bobotnya lebih besar akan langsung disuspen.
Saham yang dalam setahun terakhir perdagangannya cukup ramai dari sisi volume dan hanya diperdangangkan oleh beberapa broker sajam, namun harganya tidak naik juga salah satu parameter yang dipakai BEI untuk menetapkan satu saham masuk UMA.
"Itu akan kita pantau tapi tetap juga memantau parameter yang lainnya," jelas Irvan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News