Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Permintaan terbesar untuk ekspor cetakan sarung tangan masih berasal dari Malaysia. Ini mengingat Malaysia merupakan pemegang pangsa pasar terbesar untuk produk sarung tangan di seluruh dunia, yakni sebesar 65%. “Negara lain yang menjadi tujuan ekspor kami adalah Vietnam, Thailand, dan China,” tutur Ridwan.
Ia menambahkan, pihaknya masih melakukan pengkajian terkait rencana penyediaan belanja modal atau capital expenditure (capex) di tahun ini. Namun, diperkirakan bahwa capex MARK di 2022 tidaklah besar.
Ridwan juga mengonfirmasi belum ada rencana ekspansi bisnis lagi di tahun ini usai MARK merampungkan pembangunan pabrik cetakan sarung tangan ke-3 di Tanjung Morowa, Deli Serdang, Sumatera Utara. Pabrik tersebut telah beroperasi sejak Mei 2021 lalu.
Baca Juga: Hingga tahun depan, MARK optimistis dapat mempertahankan tren kinerja positif
Dalam catatan Kontan.co.id, berkat pengoperasian pabrik ke-3 ini, maka angka produksi MARK hingga September 2021 lalu mencapai 1,7 juta unit per bulan.
Angka tersebut merupakan gabungan dari tiga pabrik cetakan sarung tangan yang dimiliki MARK. Adapun pabrik ke-3 MARK mampu menambah kontribusi produksi sebesar 500.000 unit per bulan.
Dengan demikian, MARK mampu mengerek utilisasi pabriknya di kisaran 80%-90%. Pihak MARK sendiri harus merogoh kocek sekitar Rp 150 miliar untuk membangun pabrik ke-3 tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News