Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Schroder Investment Management Indonesia merilis hasil survei bertajuk "Studi Investor Global Schroder (SIGS) 2017" pada Kamis (23/11). Survei tersebut menunjukkan masyarakat global memprioritaskan untuk berinvestasi ketimbang menabung dan konsumsi.
Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesia, Michael T. Tjoajadi mengatakan, sebanyak 32% masyarakat global memilih memprioritaskan pendapatan yang siap dibelanjakan di tahun depan (disposable income) untuk berinvestasi pada saham, obligasi, atau komoditas.
Di posisi kedua, terdapat deposito bank yang dipilih oleh 16% masyarakat global sebagai instrumen berinvestasi. Sementara di posisi ketiga, investasi properti merupakan instrumen favorit bagi 13% masyarakat global yang menjadi responden dalam survei tersebut.
Adapun di posisi keempat, sebanyak 11% masyarakat global memilih membelanjakan dananya untuk hal-hal berbau kemewahan, seperti membeli kendaraan atau liburan.
Dalam lingkup Indonesia, mayoritas masyarakat tanah air juga memilih berinvestasi pada saham, obligasi, atau komoditas. Hal ini terbukti mengingat 21% responden asal Indonesia yang memilih jenis investasi tersebut.
Meski begitu, sebanyak 21% masyarakat Indonesia lainnya juga memprioritaskan diri untuk berinvestasi di bidang properti. Jumlah tersebut 8% lebih tinggi daripada pilihan masyarakat global.
Menurut Michael, hal ini disebabkan kecenderungan yang kuat dalam masyarakat Indonesia untuk menginvestasikan dananya di bidang properti. "Harga properti yang relatif lemah belakangan ini juga membuat investor yakin bahwa penawaran properti cukup menarik," lanjutnya di Bursa Efek Indonesia, Kamis (23/11).
Sementara itu, hanya 12% masyarakat Indonesia yang menyimpan uangnya dalam bentuk deposito di bank. Di Indonesia, jenis investasi tersebut kalah populer ketimbang dana pensiun yang terbukti dipilih oleh 14% responden tanah air.
Michael berkomentar, pengelolaan dana pensiun pada perusahaan-perusahaan di Indonesia belum sebaik di negara-negara maju. "Hanya sedikit perusahaan yang punya kepedulian lebih pada dana pensiun, sehingga masyarakat kita berusaha sendiri mengelola investasi tersebut," ujarnya.
Seperti yang diketahui, SIGS 2017 dilakukan sejak Januari hingga Juni tahun ini. Survei tersebut dilakukan di 30 negara dengan melibatkan 22.100 responden.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News