Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penerbitan surat utang korporasi semakin ramai. Saat ini setidaknya ada obligasi senilai Rp 10,2 triliun yang sedang diproses penerbitannya oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan segera terbit dalam waktu dekat. Yang paling baru, PT Bank UOB Indonesia yang akan menerbitkan obligasi subordinasi senilai Rp 1 triliun. Surat utang bertenor tujuh tahun ini ditawarkan dengan harga 100% dari nilai nominal obligasi.
Presiden Direktur UOB Indonesia Armand Bachtiar Arief mengatakan dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk pengembangan usaha dan keperluan operasional perusahaan. "Penerbitan obligasi ini sekaligus akan menaikkan aset bank," kata Armand, kemarin. Masa penawaran awal atau bookbuilding akan berlangsung 17 April hingga 7 Mei 2014. Sedangkan, masa penawaran akan dilakukan 21 Mei 2014.
Obligasi ini rencananya dicatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 30 Mei 2014. Kupon menarik Obligasi subordinasi diperkirakan bakal memberikan kupon menarik.
Dengan mempertimbangkan rating AA yang diperoleh dari Fitch Ratings, analis obligasi BNI Securities, I Made Adi Saputra memperkirakan, surat utang dari UOB akan ditetapkan dengan kupon 11%. "Perseroan dianggap memiliki risiko yang rendah, dan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memenuhi kewajiban jangka panjang," kata Made.
Sementara, Analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga memperkirakan, kupon akan ditetapkan di kisaran 11%-12,5%. "Namun, jika kondisi pasar tidak kondusif maka kupon bisa di kisaran 12% hingga 13,5%," kata Desmon.
Desmon bilang, obligasi subordinasi memiliki prospek yang menarik. Investor akan diuntungkan lantaran kupon instrumen ini yang lebih tinggi ketimbang obligasi biasa. Kendati demikian, kata Made, obligasi ini memiliki risiko seperti kinerja keuangan emiten penerbit obligasi dan pergerakan tingkat suku bunga yang bisa menekan harga obligasi.
Risiko lainnya yang harus diperhatikan adalah likuiditas obligasi subordinasi di pasar sekunder yang rendah. Selain UOB, ada delapan surat utang lainnya yang sedang menunggu izin dari OJK. Mereka adalah PT Sarana Multi Infrastruktur senilai Rp 1 triliun, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Rp 4 triliun dan PT Wahana Ottomitra Multiartha Rp 600 miliar. Lalu, PT Express Transindo Utama Tbk menyiapkan surat utang Rp 1 triliun, PT Sumber Alfaria Trijaya Rp 1 triliun dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk Rp 1 triliun. Sedangkan, PT Bank Himpunan Saudara 1906 Tbk menyiapkan PUB III Rp 350 miliar dan PUB I Rp 250 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News