kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45922,49   -13,02   -1.39%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Surat Utang Negara Lesu, Obligasi Korporasi Justru Mulai Bergairah


Minggu, 27 Maret 2022 / 09:50 WIB
Surat Utang Negara Lesu, Obligasi Korporasi Justru Mulai Bergairah


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar obligasi negara sedang berada dalam kondisi yang kurang menggairahkan. Terlebih, pelaku pasar sedang dihantui kekhawatiran terhadap kenaikan inflasi, seiring melejitnya harga sejumlah komoditas imbas konflik Rusia-Ukraina yang mengganggu produksi dan rantai pasokan.

Kendati pasar obligasi negara sedang lesu, hal yang sebaliknya justru terjadi di pasar obligasi korporasi. Salah satu indikasinya tercermin dari Indobex Corporate Bond Total Return. Indeks yang mengukur kinerja obligasi korporasi ini malah mencapai rekor tertingginya di level 335,06 pada Senin (21/3) lalu.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengungkapkan, obligasi korporasi di tahun ini memang punya outlook yang lebih baik jika dibandingkan dua tahun terakhir. Pemulihan ekonomi jadi faktor utama yang membuat kondisi obligasi korporasi lebih bergairah.

“Alhasil, para investor yang ingin mengoptimalkan return lebih memilih obligasi korporasi ketimbang obligasi negara. Apalagi, obligasi korporasi tahun ini punya outlook yang lebih baik,” jelas Ramdhan kepada Kontan.co.id.

Baca Juga: Begini Dampak Penghentian Burden Sharing ke Pasar SUN

Sementara dari sisi penerbit, dia juga melihat tahun ini para korporasi seharusnya lebih semarak dalam mencari pendanaan untuk ekspansi lewat pasar obligasi.

Hal ini berbeda dengan dua tahun terakhir, di mana para korporasi cenderung menahan diri karena kondisi perekonomian yang penuh ketidakpastian.

Walau ada potensi kenaikan suku bunga acuan, Ramdhan melihat hal ini tidak akan mengurangi minat perusahaan untuk menerbitkan obligasi korporasi. Bagaimanapun, iklim suku bunga saat ini jauh lebih rendah jika dibandingkan kondisi sebelum pandemi Covid-19. Alhasil, cost of fund yang harus dikeluarkan relatif masih lebih murah.

“Lagipula, BI tidak akan menaikkan suku bunga seagresif The Fed, karena inflasi Indonesia jauh lebih terkendali,” imbuhnya.

Jika dilihat dari sisi peminat, ke depannya permintaan akan obligasi korporasi masih akan terus tumbuh. Dengan berkembangnya industri reksadana, asuransi, dan dana pensiun belakangan ini, maka dengan sendirinya permintaan akan produk investasi juga meningkat. Obligasi korporasi pada akhirnya akan jadi pilihan untuk mengoptimalkan kinerja investasi.

Baca Juga: Tiga Surat Utang Senilai Rp 5 Triliun Tercatat di BEI pada Pekan Ini

Hanya saja, Ramdhan bilang tidak semua obligasi korporasi saat ini jadi incaran pasar. Korporasi yang dua tahun ini mengalami penurunan rating maupun outlook lebih susah menarik minat pasar, kecuali menawarkan kupon yang lebih tinggi. Namun, untuk perusahaan yang punya historical baik dan secara industri tidak terdampak Covid-19, selalu mengalami oversubscribed.

“Dari sisi rating, mayoritas investor merasa lebih nyaman memilih obligasi korporasi dengan rating AA ke atas. Kalupun rating A, biasanya lebih selektif dan harus punya kupon yang lebih tinggi agar menarik minat investor,” tutup Ramdhan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×