Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tingginya suplai obligasi negara sejalan dengan tingkat permintaan, baik dari investor domestik maupun eksternal. Walhasil, harga Surat Utang Negara (SUN) tetap merangkak.
Mengacu data SUN dwi mingguan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 6 April 2016, pemerintah telah menerbitkan SUN senilai Rp 268,19 triliun atau sekitar 48,23% dari target yang dipatok Rp 556,06 triliun.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menjelaskan, pemerintah memang gesit menerapkan strategi front loading, yakni besarnya penerbitan SUN di awal tahun.
Bahkan, pemerintah telah menjalankan pre-funding sejak akhir tahun 2015 dengan meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) berdenominasi rupiah maupun mata uang asing. Hal ini ditujukan agar pemerintah sudah memiliki dana untuk kebutuhan pembiayaan pada triwulan pertama tahun 2016.
Kendati pasokan SUN terbilang besar pada paruh pertama tahun 2016, Made berpendapat, tingkat permintaan juga tinggi. Walhasil, secara year to date per 18 April 2016, rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price melambung 8,79% ke level 113,95.
Made menjabarkan, ada beberapa faktor yang mendorong permintaan dan apreasiasi harga SUN sejak awal tahun.
Pertama, aksi Bank Indonesia (BI) yang memangkas suku bunga acuan sebanyak tiga kali dengan total nilai 75 bps menjadi 6,75%.
Kedua, inflasi yang terjaga. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,62% pada kuartal I 2016.
"Pemerintah juga berusaha menciptakan permintaan dengan mendorong investor dalam negeri untuk membesarkan porsi SBN," jelasnya.
Dalam POJK No.1/POJK.05/2016, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan institusi seperti dana pensiun, asuransi, dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial wajib memarkirkan dana minimal 10% - 30% pada instrumen SBN sebelum akhir tahun 2016.
Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management menambahkan, performa rupiah di hadapan mata uang Negeri Paman Sam yang relatif stabil juga menjadi katalis positif.
Dari eksternal yakni tren suku bunga negatif beberapa negara maju seperti Eropa, Jepang dan Swiss. "Hal ini membuat likuiditas global besar sehingga mereka mengincar SUN dengan yield yang atraktif," jelasnya.
Apalagi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) alias The Fed masih mempertahankan suku bunga acuan di level 0,25% - 0,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News