Reporter: Umi Kulsum | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga surat utang negara (SUN) pada penutupan perdagangan Jumat (17/3) lalu tercatat naik. Berdasarkan situs Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), indeks INDOBeX Government Clean Price naik sebesar 0,08% ke level 113,45 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya.
Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, volume perdagangan Surat Utang Negara yang dilaporkan pada perdagangan di akhir pekan senilai Rp 18,33 triliun dari 40 seri Surat Utang Negara yang diperdagangkan, dengan volume perdagangan seri acuan yang dilaporkan senilai Rp 5,57 triliun.
Obligasi Negara seri FR0056 menjadi Surat Utang Negara dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp 5,32 triliun dari 18 kali transaksi di harga rata - rata 107,58% dan diikuti oleh perdagangan Obligasi Negara seri FR0072 senilai Rp 2,41 triliun dari 98 kali transaksi di harga rata - rata 104,21%.
Sementara itu volume perdagangan obligasi korporasi yang dilaporkan senilai Rp 555,05 miliar dari 32 seri obligasi korporasi yang diperdagangkan di akhir pekan.
Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank PANIN Tahap II Tahun 2017 (PNBN02SBCN2) menjadi obligasi korporasi dengan volume perdagangan terbesar, senilai Rp 136,2 miliar dari 6 kali transaksi di harga rata - rata 100,00% yang diikuti oleh perdagangan Sukuk Ijarah Aneka Gas Industri II Tahun 2012 (SIAGII02) senilai Rp 53 miliar dari 8 kali transaksi di harga rata - rata 100,32%.
Adapun nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika ditutup pada level 13.345 per dollar Amerika, mengalami penguatan terbatas sebesar 2,00 pts (0,01%) setelah bergerak bervariasi pada kisaran 13.314 hingga 13.358 per dollar Amerika sepanjang sesi perdagangan.
Penguatan terbatas nilai tukar rupiah tersebut terjadi di tengah bervariasinya arah pergerakan nilai tukar mata uang regional terhadap dollar Amerika. Baht Thailand (THB) memimpin penguatan mata uang regional yang diikuti oleh Dollar Taiwan (TWD) dan Yen Jepang (JPY).
Sementara itu mata uang Rupee India (INR) dan Yuan China (CNY) terlihat mengalami pelemahan terhadap dollar Amerika pada perdagangan di akhir pekan kemarin.
Namun demikian, dalam sepekan terakhir, nilai tukar mata uang regional bergerak dengan mengalami penguatan terhadap dollar Amerika yang dipimpin oleh Won Korea Selatan (KRW) dan Rupee India (INR) di tengah melemahnya mata uang dollar Amerika terhadap mata uang utama dunia setelah tidak adanya sinyal dari Bank Sentral Amerika bahwa mereka akan menaikkan suku bunga acuan secara tergesa - gesa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News