Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
Setelah dikurangi biaya-biaya emisi, perusahaan berencana menggunakan 97% dana IPO untuk modal kerja konstruksi proyek di masa yang akan datang baik pada sektor swasta maupun pemerintahan.
Modal kerja yang dimaksud antara lain adalah biaya persiapan dan pembersihan lokasi proyek (land clearing), biaya penyediaan bahan baku material pekerjaan, biaya tenaga kerja proyek, biaya mobilisasi/demobilisasi, dan biaya pembelian perlengkapan kerja.
Kemudian, sebesar 3% sisa dana IPO akan digunakan untuk penelitian dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Contohnya berupa pelatihan dan sertifikasi profesi SDM, riset di bidang keahlian konstruksi, serta riset dan pengembangan sistem teknik pekerjaan konstruksi.
Baca Juga: Sumber Mas Konstruksi Tawarkan Sahamnya di Harga Rp 150-Rp 350 pada Masa Bookbuilding
Sebagai informasi, sepanjang tahun 2020, SMKM mencatatkan pendapatan sebesar Rp 60,06 miliar atau meningkat 19,97% dari realisasi 2019 yang sebesar Rp 50,06 miliar. Akan tetapi, laba bersih SMKM tercatat merosot 38,61% year on year (yoy) dari Rp 4,07 miliar menjadi Rp 2,5 miliar.
Kemudian, pendapatan per September 2021 melesat 117,62% yoy, dari Rp 58,18 miliar menjadi Rp 126,61 miliar. Sejalan dengan itu, laba bersih SMKM melonjak 170,12% yoy, dari Rp 4,55 miliar menjadi Rp 12,29 miliar. Adapun aset SMKM per September 2021 mencapai Rp 132,24 miliar, terdiri dari liabilitas Rp 7,05 miliar dan ekuitas Rp 125,19 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News