kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sumber Alfaria (AMRT) ditopang konsumsi dan fee based income


Jumat, 21 Desember 2018 / 06:31 WIB
Sumber Alfaria (AMRT) ditopang konsumsi dan fee based income
ILUSTRASI. BISNIS RETAIL ALFAMART


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki tahun politik, bisnis ritel minimarket diprediksikan tetap ketiban untung. Tak terkecuali PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang kinerjanya masih mentereng di tahun 2019.

Apalagi, perusahaan yang memiliki kode saham AMRT ini bakal gencar ekspansi dengan menambah gerai anyar. Perusahaan memang menargetkan 500 gerai baru di tahun 2019 dengan fokus pembukaan pada stasiun MRT.

Analis RHB Sekuritas Michael Setjoadi mengatakan, prospek bisnis sektor ritel minimarkert memang menggiurkan. Maklum, produk yang dijual merupakan kebutuhan sehari-hari yang selalu dicari orang. "Jadi kalaupun kondisi politik tahun depan dan pergerakan rupiah tak menentu, tetap saja orang masih ke toko untuk membeli barang sehari-hari," kata dia, Kamis (20/12).

Analis MNC Sekuritas Victoria Venny menambahkan, kini tren konsumsi masyarakat cenderung bergeser dari peritel modern besar ke ritel minimarket. Kedekatan jarak dan lebih praktis menjadi pertimbangan.

Apalagi tahun depan, ada penambahan subsidi untuk Program Keluarga Harapan (PKH) yang dapat mengerek konsumsi masyarakat.

Pemasukan lain-lain

Untuk menopang kinerja tahun depan, Michael yakin pos fee based income bakal berkontribusi besar. "Hitungannya, kontribusi fee based income ke profit mencapai 60%," ujar dia.

Fee based income yang di dapat AMRT karena perusahaan mulai mengambil celah menjadi agen pembayaran untuk listrik, air, BPJS Kesehatan, maupun pembelian pulsa. "Fee sekitar Rp 1.000 sampai Rp 5.000 itu akan langsung masuk ke profit perusahaan," tambah Michael.

Tak hanya fee based income, biaya untuk jasa penitipan barang ataupun kemitraan dengan startup e-commerce juga turut menjadi katalis positif kinerja AMRT. Contohnya gerai Alfamart masuk dalam jejaring marketplace.

Ada pula tambahan pendapatan dari pengguna Go-Jek ataupun pengemudi ojek daring yang melakukan isi ulang. Setiap transaksi melalui go-pay dikenakan biaya Rp 2.000 sebagai administrasi dan masuk ke laba bersih AMRT. "Jadi kalau dilihat, biaya lain-lain di luar transaksi pembelian produk biasa mampu menyokong pendapatan dan laba bersih AMRT lebih tinggi," tandasnya.

Dia pun memprediksikan, pendapatan AMRT di tahun depan bisa mencapai Rp 75,04 triliun dengan laba bersih Rp 659 miliar. Alhasil, Michael merekomendasikan beli saham AMRT dengan target harga Rp 1.000.

Sedangkan Venny dan analis Sucor Sekuritas Fransisca Putri menyarankan hold dengan target harga masing-masing Rp 890 dan Rp 750 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×