kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sukuk tenor pendek diburu investor, picu risiko refinancing


Selasa, 20 Maret 2018 / 20:01 WIB
Sukuk tenor pendek diburu investor, picu risiko refinancing
ILUSTRASI. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelaku pasar lebih menggemari seri tenor pendek pada lelang Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias Sukuk Negara pada Selasa (20/3). Analis menilai, hal ini bisa memicu terjadinya risiko refinancing untuk jangka panjang.

Seri-seri bertenor di bawah dua tahun menjadi yang paling banyak diburu peserta lelang sukuk dengan total penawaran masuk pada dua seri, yaitu SPNS07092018 dan PBS016 mencapai Rp 9,79 triliun. Jumlah tersebut setara 74,95% dari seluruh jumlah penawaran yang masuk sebesar Rp 13,06 triliun.

Sedangkan, nilai penawaran masuk pada empat seri PBS lainnya masing-masing tercatat di bawah Rp 1 triliun.

Analis Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, secara nominal penawaran yang masuk pada lelang SBSN kali ini terbilang sukses. Namun, permintaan yang lebih berat pada tenor pendek berpotensi menimbulkan risiko refinancing di masa mendatang.

"Banyak masuk di tenor pendek itu kurang sehat, karena ini saatnya pemerintah seharusnya bisa menerbitkan obligasi dengan bunga murah, tetapi kenyataanya tidak terjadi," kata Anil, Selasa (20/3).

Jika pemerintah lebih banyak menerbitkan obligasi bertenor pendek di saat tekanan inflasi naik tinggi, maka di masa mendatang pemerintah harus menerbitkan kembali surat utang dengan tingkat imbal hasil yang lebih tinggi dari saat ini. "Dalam jangka waktu 12 bulan ke depan Indonesia ada risiko refinancing yang kurang baik," kata Anil.

Menurut Anil, kekhawatiran investor akan inflasi Indonesia membuat mereka berlari pada seri tenor pendek. "Kalau beli tenor panjang sekarang akan dihadapi dengan bayang-bayang kenaikan harga minyak," paparnya.

Namun, di sisi lain, meningkatnya jumlah penawaran yang masuk pada lelang kali ini tetap berdampak positif bagi pasar obligasi Indonesia, karena berarti ada likuiditas dan bisa semakin menarik investor asing untuk masuk. "Selama tidak ada faktor eksternal yang berarti, peningkatan nominal yang masuk akan jadi referensi orang masuk terus ke surat utang Indonesia," kata Anil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×