Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Produk sukuk tabungan milik pemerintah yang bakal terbit September 2016 disinyalir akan menjaring minat investor.
Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management menerawang, sukuk tabungan berpotensi meraup penawaran Rp 4 triliun - Rp 5 triliun. Besaran kupon akan menjadi pertimbangan utama para investor. Ada beberapa faktor yang menjadi daya tarik sukuk tabungan.
Pertama, sukuk tabungan bakal menjadi alternatif instrumen investasi bagi para pelaku pasar. Maklum, produk instrumen syariah pemerintah di dalam negeri masih terbatas, khususnya bagi investor ritel.
"Selama ini kan hanya Sukuk Negara Ritel. Dengan adanya sukuk tabungan, pilihan investor bertambah," tukasnya.
Kedua, fitur early redemption. Investor yang membutuhkan dana bebas mencairkan investasinya pada akhir tahun pertama. Jika fitur ini tidak ada, investor berpeluang meminta kupon yang lebih tinggi.
Ketiga, pajak atas kupon sukuk tabungan hanya 15%. Angka tersebut lebih mini ketimbang pajak atas bunga deposito perbankan yang dipatok 20%.
Menurut Desmon, tingginya permintaan sukuk tabungan akan berasal dari para investor ritel yang selama ini telah terbiasa dengan obligasi ritel pemerintah. Para investor deposito perbankan syariah juga bakal bermigrasi ke sukuk tabungan tersebut.
"Tapi pemerintah sepertinya tidak akan membidik target besar. Mereka pasti juga tidak mau mengancam Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan syariah," terangnya.
Investor pasar modal diterawang juga akan mengakumulasi sukuk tabungan untuk menyeimbangkan portofolio investasi mereka.
Ariawan, Fixed Income Analyst PT BNI Securities menduga, sukuk tabungan bakal mengoleksi penawaran Rp 3 triliun - Rp 4 triliun, serupa dengan jumlah penawaran Saving Bond Ritel (SBR) seri 002 yang meluncur triwulan kedua tahun 2016.
Menurut Ariawan, investor akan berharap kupon yang atraktif. Sebab, sukuk tabungan bakal berkupon tetap. Berbeda dengan SBR-002 yang berkupon floating. "Bahkan ada floor-nya. Pasti investor sukuk tabungan mengharapkan kupon premium untuk di-hold sampai dua tahun," tukasnya.
Ariawan berpendapat, investor yang sudah pernah mengendapkan dana di SBR pasti tergiur dengan instrumen sukuk tabungan. Bahkan, ia menerawang, investor sukuk tabungan akan lebih besar dari SBR. Sebab, investor konvensional maupun syariah bebas mengalokasikan dana di sukuk tabungan.
Direktur Pembiayaan Syariah Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Suminto memaparkan, sukuk tabungan bakal mulai dijajakan pada pekan ketiga Agustus 2016.
Rencananya sukuk tabungan akan diterbitkan pada awal September 2016. Efek bertenor dua tahun ini bakal memiliki fitur early redemption pada akhir tahun pertama. Serupa dengan produk Saving Bond Ritel, sukuk tabungan tidak dapat diperdagangkan alias non tradable.
Sayangnya Suminto masih enggan membeberkan target penerbitan sukuk tabungan tersebut. Ia juga belum mau mengungkapkan besaran kupon yang disematkan bagi instrumen anyar ini.
"Sukuk tabungan berkupon tetap, besarannya sangat dipengaruhi oleh kondisi market pada pembukaan masa penawaran," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News