Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah mengadakan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada hari ini, Selasa (14/6).
Hasil lelang ini menunjukkan minat investor terhadap pasar SBSN Indonesia belum terlalu bergairah. Sebab berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, total penawaran yang masuk dalam lelang SBSN hari ini sebesar Rp 15,13 triliun.
Jumlah tersebut lebih rendah dari penawaran yang masuk dalam lelang SBSN sebelumnya, sebesar Rp 20,21 triliun. Sementara, pemerintah menyerap Rp 5,1 triliun pada lelang sukuk negara kali ini.
Baca Juga: Lelang Sukuk Negara Sepi Peminat, Pemerintah Cuma Menyerap Rp 5,1 Triliun
Pada lelang kali ini, seri PBS029 yang akan jatuh tempo pada 15 Maret 2034 menerima jumlah penawaran masuk Rp 4,79 triliun menjadi seri yang paling banyak diburu sekaligus dimenangkan pada lelang kali ini.
"Dari seri lelang kali ini, jumlah penawaran yang masuk paling banyak pada seri PBS029 dengan penawaran yield tertinggi yang masuk pada rate 7,85%," ucap Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi kepada Kontan.co.id, Selasa (14/6).
Reza menyebut tekanan inflasi pasca pandemi Covid-19 telah membuat bank sentral di banyak negara mengambil kebijakan menaikkan suku bunga acuan.
"Kenaikan suku bunga ini telah memberikan tekanan terhadap pasar obligasi dan mendorong kenaikan yield yang diminta oleh investor," ucap Reza.
Baca Juga: Naiknya Suku Bunga Acuan Dapat Menghambat Hasil Lelang SBSN pada Selasa (14/6)
Reza mengatakan dari sisi partisipasi, investor domestik diperkirakan masih mendominasi pelaksanaan lelang. Pasalnya investor asing sedikit menahan diri, sejalan sikap wait and see investor dalam beberapa hari terakhir karena menanti keputusan the Fed pekan ini.
Investor diperkirakan juga akan meminta yield yang lebih tinggi dibanding lelang sebelumnya, menyesuaikan dengan prediksi kenaikan suku bunga yang akan diputuskan The Fed.
Dalam kondisi pasar obligasi seperti saat ini yang sangat dibayangi oleh kebijakan kenaikan suku bunga, sukuk tenor pendek diperkirakan masih akan menjadi pilihan utama investor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News