Sumber: KONTAN | Editor: Test Test
JAKARTA. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) alias sukuk negara kebanjiran peminat. Tidak seperti lelang sukuk sebelumnya, penawaran yang masuk kemarin mencapai Rp 2,36 triliun. Meski begitu, pemerintah hanya memenangkan penawaran senilai Rp 925 miliar atau 36,26% dari total penawaran yang masuk.
Para analis sudah memprediksi permintaan pasar terhadap sukuk bakal tinggi. "Investor sengaja menahan investasinya di emerging market yang dinilai memiliki fundamental ekonomi yang lebih stabil," jelas Budi Susanto, Kepala Riset Obligasi Danareksa Sekuritas, kemarin.
Dalam lelang tersebut, pemerintah menawarkan lima seri sukuk. Empat seri merupakan penawaran kembali (reopening) dari sukuk yang pernah terbit sebelumnya, yaitu IFR 0003 yang akan jatuh tempo tahun 2015, dan IFR 0005 jatuh tempo pada 2017.
Kemudian, IFR 0006 bakal jatuh tempo 2030, dan IFR 0007 yang akan jatuh tempo tahun 2025. Satu seri merupakan penerbitan baru, yaitu IFR 0008 yang akan jatuh tempo pada 2020. Penawaran terbesar pada IFR 0003 sebesar Rp 1,08 triliun, dengan imbal hasil atau yield tertinggi 9,5% dan yield terendah 8,22%.
Akhirnya, pemerintah hanya menyerap penawaran sebesar Rp 150 miliar dengan yield rata-rata tertimbang 8,31%. Pemerintah malah sama sekali tidak menyerap penawaran yang masuk di IFR 0005 dan IFR 0007, karena yield yang diminta terlalu tinggi, yaitu 10% -11%.
Sukartono, Head of Debt Capital Market BNI Securities, menilai pemerintah tidak mengeksekusi penawaran untuk kedua sukuk itu untuk menjaga harga dan yield sukuk di pasar sekunder. "Kalau dieksekusi semua bisa merusak harga," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News