Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
Hal tersebut sehubungan dengan adanya faktor stabilitas perekonomian domestik, di mana likuiditas kredit juga memadai. Alhasil, permintaan terhadap sektor properti pun masih positif.
“Di sisi lain, kinerja marketing sales dari masing-masing emiten masih naik di semester I secara tahunan,” ujanya kepada Kontan, Jumat (24/9).
Nafan melihat, valuasi saham emiten sektor properti masih menarik. Sebab, price earning ration (PER) saham properti rata-rata masih di bawah 15 kali.
Baca Juga: Terimbas Tingkat Suku Bunga Perumahan AS, WOOD Pangkas Target Penjualan Hingga 50%
Apalagi, BI pun sudah berkomitmen terus menahan suku bunga, setidaknya hingga semester I 2024. “Sehingga, investor masih bisa mencermati saham properti, meskipun saat ini tengah berada di rezim suku bunga tinggi,” paparnya.
Selain itu, kinerja emiten properti juga akan sangat dipengaruhi stabilitas pertumbuhan ekonomi domestik.
“Properti ini pendapatannya bukan dari marketing sales saja, tetapi juga ada recurring income dari mal yang pengunjungnya meningkat karena konsumsi domestik meningkat,” tuturnya.
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Targetkan Pendapatan 2023 Turun Hingga 50%, Ini Sebabnya
Arjun merekomendasikan beli untuk BSDE dengan target harga Rp 1.170 per saham. Sementara, Nafan merekomendasikan accumulate untuk BSDE dan SMRA dengan target harga masing-masing Rp 1.100 per saham dan Rp 625 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News