Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produk mebel kayu terintegrasi PT Integra Indocabinet Tbk (WOOD) memangkas target penjualan sebanyak 45%-50% secara tahunan (Year on year/YoY). Langkah ini sebagai dampak dari tingkat suku bunga kredit perumahan di Amerika Serikat (AS).
Direktur Integra Indocabinet Wang Sutrisno menerangkan penjualan segmen furnitur dan building component memiliki korelasi yang tinggi dengan pasar properti. Dengan tingkat suku bunga kredit perumahan AS yang mencapai lebih dari 7%, menyebabkan permintaan produk building component dan furnitur melambat di tahun 2023.
Adapun, penjualan WOOD didominasi ekspor, terutama ke pasar AS.
"Dengan mempertimbangkan hal-hal tersebut, perusahaan dengan ini menurunkan target penjualan di 2O23 full year turun sebesar 45%-50% YoY," ungkap Wang dalam keterbukaan informasi, Jumat (15/9).
Baca Juga: Integra Indocabinet (WOOD) Masih Berharap Target Pertumbuhan Bisnis 10% Tercapai
Meski begitu, dengan dilakukannya beberapa efisiensi biaya produksi, Wang meyakinkan WOOD masih dapat menjaga agar laba bersih masih dapat tumbuh.
"Tidak terdapat dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha Perseroan," tandas Wang.
Hanya saja, Wang tidak merinci bagaimana estimasi penjualan dan laba bersih WOOD sepanjang tahun ini. Sebagai informasi, pada periode semester I-2023, WOOD mengalami penurunan kinerja yang cukup signifikan.
Penjualan bersih WOOD hingga Juni 2023 hanya mencapai Rp 1,27 triliun. Mengalami penurunan 59,42% dibandingkan penjualan bersih yang diraih WOOD pada semester I-2022 senilai Rp 3,13 triliun.
Hasil tersebut ikut tercermin pada perolehan bottom line. WOOD hanya meraih laba bersih sebesar Rp 39,66 miliar per Juni 2023. Anjlok sebanyak 86,77% dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 299,89 miliar.
Dalam pemberitaan Kontan.co.id sebelumnya, Investor Relation Integra Indocabinet Fajar Andika menyatakan WOOD terus melakukan diversifikasi pasar. Langkah ini ditempuh untuk mengantisipasi gejolak ekonomi yang masih membayangi AS.
Asal tahu saja, ekspor ke Negeri Paman Sam itu mendominasi penjualan WOOD dengan porsi sekitar 90% dari total revenue. WOOD turut mendalami permintaan produk yang sebelumnya belum tereksplorasi dari pasar AS, seperti pintu dan sofa. Langkah ini dijalankan sembari tetap melakukan efisiensi pada lini bisnis, sehingga bisa menjaga margin net profit.
"Selain itu, kami akan menerapkan strategi direct to retailers. Strategi ini tidak hanya dapat meningkatkan penjualan Perseroan, tetapi juga dapat memperoleh ekspansi marjin keuntungan," sambung Fajar.
Fajar bilang, strategi tersebut akan ditopang oleh kapasitas produksi WOOD sebagai salah satu yang terbesar di Indonesia pada sektor ini. Dengan total kapasitas produksi building komponen dan furniture mencapai sekitar 400.000 m3.
WOOD menyiapkan anggaran belanja modal (capex) sekitar Rp 100 miliar - Rp 150 miliar pada tahun ini. Capex tersebut akan dialokasikan untuk memperkuat segmen manufaktur dan forestry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News