kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,09   -9,42   -1.02%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suku Bunga AS Berpotensi Turun, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Properti


Selasa, 12 Maret 2024 / 16:32 WIB
Suku Bunga AS Berpotensi Turun, Begini Prospek dan Rekomendasi Saham Emiten Properti
ILUSTRASI. Maket kompleks properti yang dikembangkan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) di pusat perbelanjaan Mal Kota Kasablanka, Jakarta.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tendi Mahadi

Ketiga, potensi penurunan suku bunga acuan The Fed dan Bank Indonesia. Arsita mengatakan, meskipun sepanjang tahun 2023 BI menaikkan suku bunga acuan 25bps menjadi 6%, kinerja sektor properti cenderung positif.

Hal ini ditunjukkan dari pencapaian target pendapatan pra penjualan alias marketing sales para emiten properti.

“Tren penurunan suku bunga kemungkinan besar akan semakin meningkatkan prospek peningkatan marketing sales di tahun 2024 melalui penurunan suku bunga kredit,” katanya.

Arsita memperkirakan, penurunan suku bunga akan terjadi di semester I 2024, baik untuk The Fed maupun BI.

Baca Juga: Permintaan Minyak Sawit Meningkat di Bulan Ramadan, Simak Rekomendasi Saham CPO

“Aset yang akan diuntungkan dari penurunan suku bunga ini adalah aset hunian rumah melalui dukungan insentif pajak serta penurunan suku bunga kredit,” ujarnya.

Menurut Arsita, kinerja CTRA menarik untuk diperhatikan. Sebab, di tengah tantangan suku bunga tinggi di tahun 2023, CTRA mampu mencetak marketing sales tertinggi senilai Rp 10,2 triliun atau mencapai 105% dari target awal.

“CTRA juga diuntungkan dengan adanya insentif PPN DTP. Sebab, penjualan terbesar CTRA sebagian besar berasal dari pembeli rumah tangan pertama dengan range harga rumah Rp 2 miliar- Rp 5 miliar,” paparnya.

Secara teknikal, saham CTRA dalam kondisi sideways. Sehingga, strategi trading yang dilakukan adalah trading buy untuk CTRA dengan entry level di Rp 1.230 per saham dan target di level Rp 1.320 per saham.

Investor dapat mempertimbangkan cut loss untuk CTRA ketika breaklow level Rp 1.210 per saham. Hal ini didukung oleh potensi golden cross pada Stochastic RSI.

“Dari sisi fundamental fair value, saham CTRA dalam kondisi undervalued. Dengan pendekatan weighted average EV/EBITDA, diperoleh target harga sebesar Rp 1.684 per saham,” jelasnya.

Menurut Arsita, sejumlah saham emiten properti memang masih dalam kondisi sideways. Oleh karena itu, Arsita juga merekomendasikan trading buy untuk BSDE, PWON, dan SMRA.

Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Emiten CPO Jelang Ramadan

Untuk BSDE, entry level ada di Rp 1.015 per saham dengan target di level Rp 1.055 per saham. Investor dapat mempertimbangkan cutloss untuk BSDE ketika kurang dari Rp 1.015 per saham.

Untuk PWON, entry level ada di Rp 406 – Rp 408 per saham dengan target di level Rp 428 per saham. Investor bisa mempertimbangkan cutloss jika harga kurang dari Rp 404 per saham.

Untuk SMRA, entry level ada di Rp 535 – Rp 540 per saham dengan target di level Rp 580 per saham. Investor bisa mempertimbangkan cutloss jika kurang dari Rp 520 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×