Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Imbal hasil obligasi dalam tren positif. Berdasarkan data PHEI, return obligasi pemerintah dan korporasi dalam tren naik sejak awal tahun.
Pada Januari 2024, return obligasi pemerintah naik 0,52% secara bulanan (month on month/MoM) dan berlanjut di Februari sebesar 0,44%. Sementara sejak awal tahun (year to date/YtD) hingga Jumat (8/3) telah naik 0,94%.
Selaras, obligasi korporasi naik 0,7% secara bulanan di Januari dan berlanjut pada Februari sebesar 0,55%. Secara YtD, return obligasi korporasi naik 1,33%.
Head of Business Development Division HPAM Reza Fahmi mengatakan, pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell terkait penurunan suku bunga dapat memengaruhi return obligasi di Indonesia.
Baca Juga: Powell Nyatakan Bakal Turunkan Suku Bunga, Ini Instrumen Investasi Yang Terangkat
Menurutnya, ketika suku bunga acuan turun maka harga obligasi naik lantaran yield (imbal hasil) obligasi berbanding terbalik dengan harga.
"Jadi, jika suku bunga turun investor mungkin melihat kenaikan harga obligasi yang mengakibatkan return yang lebih baik," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (8/3).
Namun ia menegaskan, investor juga perlu memperhatikan faktor lain seperti inflasi, risiko kredit, dan sentimen pasar juga mempengaruhi return obligasi.
Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan melihat, meskipun tidak secara pasti mengonfirmasi jadwal penurunan suku bunga, pernyataan Powell di mana penurunan suku bunga tidak harus ketika inflasi menyentuh 2% membawa sentimen positif bagi obligasi.
Selain itu, laporan moneter The Fed juga sudah mulai mempertimbangkan langkah penghentian aksi pengurangan balance sheet The Fed.
"Dengan arah kebijakan moneter The Fed yang mencapai peak, aset obligasi termasuk SBN Indonesia akan memiliki sentimen positif," katanya.
Baca Juga: Kendati Kupon Tinggi, Penjualan ORI 025 Lebih Seret Dibandingkan Seri Terdahulu
Alvaro pun memiliki ekspektasi akan terjadi penurunan yield, terutama tenor pendek yang cukup sensitif terhadap kebijakan suku bunga moneter.
Selain komentar pejabat The Fed yang mulai menunjukkan pandangan dovish, data inflasi headline AS yang softening juga mendorong sentimen positif bagi obligasi.
"Dari sisi domestik, rupiah yang relatif stabil, cadangan devisa yang terjaga, serta langkah Bank Indonesia dalam melakukan pembelian di pasar SBN juga membawa sentimen positif," paparnya.
Dus, Sucorinvest memperkirakan target yield SBN 10 tahun di semester I 2024 di angka 6,5%-6,7%, dan akhir tahun 2024 di angka 6,2%-6,4%.
Dari berbagai hal itu, Alvaro berpandangan investor ritel akan lebih nyaman di tenor pendek dengan yield yang tidak jauh berbeda dengan tenor panjang. Berdasarkan IBPA, saat ini yield tenor 10 tahun di level 6,68% dan tenor 3 tahun di 6,37%. Artinya, terdapat spread 31 basis poin.
"Kami berekspektasi akan terjadi penurunan yield tenor pendek sehingga spread dapat melebar yang sejalan dengan penurunan suku bunga moneter di pertengahan tahun. Meskipun begitu, investor yang lebih high risk juga dapat memperoleh apresiasi harga yang lebih tinggi apabila yield jangka panjang mengalami penurunan (duration effect)," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News