Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Penjualan sukuk ritel atau Sukri seri SR-008 laris manis tanjung kimpul. Selama sepekan masa penawaran, sejumlah agen penjual kehabisan kuota dan mengajukan tambahan jatah alokasi penjualan ke pemerintah.
Salah satunya Bank BNI. Direktur BNI Anggoro Eko Cahyo mengungkapkan, kuota sebesar Rp 1,8 triliun telah habis. Untuk itu, bank berlogo angka 46 ini telah mengajukan penambahan kuota kepada Kementerian Keuangan guna mengakomodasi antusiasme dan permintaan nasabah.
"Hingga kemarin, permintaan sukuk ritel sudah oversubscribed," ujar Anggoro kepada KONTAN, akhir pekan lalu.
Demikian juga dengan Bank Tabungan Negara (BTN). Menurut Direktur BTN Sis Apik Wijayanto, BTN telah menghabiskan jatah alokasi sebesar Rp 905,35 miliar. "Saat ini masih waiting list sekitar Rp 130,78 miliar dari 273 nasabah," ujar Sis.
Menurut dia, penyebaran investor pemesan sukuk ritel berada di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Medan, Bandung, dan Makassar. BTN juga telah mengajukan tambahan kuota sebesar Rp 200 miliar.
"Permintaan tersebut akan diumumkan pada 1 Maret 2016," ujar Sis.
Kepala Unit Usaha Syariah Bank OCBC NISP Koko T. Rachmadi juga mengungkapkan telah menjual SR-008 sekitar Rp 2 triliun. Unit Syariah OCBC NISP ini juga mempertimbangkan pengajuan tambahan kuota.
Sementara Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA) Jahja Setiadmadja mengatakan, telah memasarkan sukuk ritel sekitar Rp 1,3 triliun. Nilai tersebut hampir mencapai target penjualan SR-008 di BCA yang sebesar Rp 2,1 triliun.
"Kami akan melihat terlebih dahulu apabila jatah yang diberikan hampir habis, baru meminta tambahan ke pemerintah," tutur Jahja.
Pemasaran SR-008 sudah dimulai sejak 19 Februari dan akan berakhir pada 4 Maret 2016 mendatang. Instrumen ini membagikan kupon tetap 8,3% per tahun. Untuk minimal pemesanan, investor bisa merogoh kocek sebesar Rp 5 juta.Sedangkan maksimal pemesanan sebesar Rp 5 miliar.
Dirjen Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Robert Pakpahan menargetkan, bisa menyerap dana Rp 25 triliun hingga Rp 30 triliun dari penerbitan SR-008.
"Apabila demand tinggi, maka penyerapan akan kami upsize ke Rp 30 triliun," ujar Robert.
Analis Capital Asset Management Desmon Silitonga memperkirakan, permintaan investor akan mencapai Rp 25 triliun-Rp 30 triliun. "Pemerintah akan menyerap Rp 20 triliun-Rp 25 triliun," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News