kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Suka cita di Surya Semesta


Rabu, 31 Oktober 2012 / 16:20 WIB
Suka cita di Surya Semesta
ILUSTRASI. Cek harga mobil bekas Nissan Evalia, pilihan MPV ramah kantong


Reporter: Harris Hadinata | Editor: Imanuel Alexander

Sepanjang 2012, saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) sudah meroket sekitar 69%. Meski begitu, analis memprediksi, harga saham perusahaan properti ini masih bisa terus melesat. Apalagi, kinerja keuangannya juga makin tokcer.

Para investor yang berinvestasi di saham PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) pasti tersenyum lebar melihat hasil investasi mereka. Kinerja saham properti ini memang terbilang dahsyat.

Berdasarkan data Bloomberg, bila dihitung selama setahun hingga Rabu lalu (24/10), investor pemegang saham SSIA telah mengeruk cuan 194,45%. Ini sudah memperhitungkan pembagian dividen dari laba bersih 2011 sebesar 20%.

Maklumlah, kenaikan harga saham SSIA memang dahsyat. Di awal tahun ini, harga saham SSIA cuma dibanderol Rp 710 per saham. Rabu (24/10), harga sahamnya sudah melonjak 69% menjadi Rp 1.200 per saham.

Meski harganya sudah melesat tinggi, jika Anda masih doyan berinvestasi di SSIA, Anda tidak perlu buru-buru menjual saham ini. Sebagian besar analis masih mematok rekomendasi beli untuk SSIA.

Salah satu alasan analis memasang rekomendasi beli adalah prospek bisnis Surya Semesta masih bagus. Menurut Arief Budiman, Kepala Riset Sucorinvest Central Gani, permintaan lahan untuk kepentingan industri di Indonesia berpotensi terus meningkat, terutama setelah Fitch dan Moody’s menempatkan Indonesia sebagai negara investment grade.

Dalam catatan Sucorinvest, total penjualan lahan industri di 2011 mencapai 1.239 hektare (ha). Padahal sepanjang 2010, total penjualan lahan industri cuma 540 ha. Hal ini membuat harga lahan industri naik sekitar 73% sepanjang tahun lalu, mencapai US$ 141 per meter persegi (m²). “Permintaan lahan masih tinggi,” tandas Arief.

Faktor positif lainnya, undang-undang (UU) pembebasan lahan bakal mulai berlaku efektif tahun depan. Menurut Arief, hal ini akan membuat akuisisi lahan lebih mudah. Analis menilai, Surya Semesta mampu memanfaatkan peluang tersebut untuk menggenjot
kinerjanya. Tengok saja berbagai aksi korporasi emiten properti ini.

Salah satunya, Surya Semesta tengah menyiapkan proyek komersial di lahannya yang ada di Karawang, Jawa Barat. Perseroan ini berniat membangun superblok di lahan seluas 30 ha. Kelak, di atas lahan tersebut akan berdiri perkantoran, hotel, serta tempat hiburan dan ritel.

Total dana yang dibutuhkan untuk proyek tersebut sekitar Rp 300 miliar. Surya Semesta membiayai pengembangan proyek ini dengan dana hasil penerbitan obligasi Rp 700 miliar.

Surya Semesta juga sudah mengantisipasi tingginya permintaan lahan. Perusahaan properti ini masih dalam proses merampungkan pengambilalihan lahan Perhutani seluas 1.000 ha. Kiswoyo Adi Joe, analis dari perusahaan penasihat investasi Investa Saran Mandiri, memprediksi, seluruh proses ini bisa rampung paling lambat awal tahun depan. Surya Semesta membiayai transaksi ini dengan dana dari kas internal.

Pendapatan berulang

Selain menambah lahan di Karawang, Surya Semesta juga menambah 500 ha lahan di Bekasi Utara. Penambahan lahan ini dilakukan untuk mengantisipasi beroperasinya jalan tol langsung dari kawasan industri di Bekasi ke Pelabuhan Tanjung Priok. Kiswoyo menuturkan, lokasi lahan baru ini sangat dekat dengan jalan tol tersebut.

Surya Semesta juga memperkuat bisnis konstruksi dan infrastrukturnya. Akhir September lalu, Surya Semesta menuntaskan akuisisi PT Baskhara Utama Sedaya. Akuisisi ini dilakukan melalui anak usahanya, PT Karya Sedaya Sejahtera.

Sekadar informasi, Baskhara Utama merupakan pemegang 45,62% saham PT Lintas Marga Sedaya (LMS). Yang disebut terakhir ini adalah perusahaan pemegang hak pengusahaan ruas tol Cikampek-Palimanan.

Memang, akuisisi ini tidak akan langsung berdampak pada kinerja Surya Semesta. Pasalnya, kepemilikan efektif Surya Semesta di Lintas Marga cuma sekitar 20,53%. Dengan demikian, laporan keuangan Lintas Marga tidak akan terkonsolidasi dengan kinerja SSIA.

Meski begitu, analis OSK Nusadana Lydia Suwandi menilai akuisisi ini tetap positif. Melalui risetnya, Lydia memaparkan, bisnis konstruksi yang dikerjakan Lingkar Marga bisa memberi kontribusi sekitar Rp 1,1 triliun setahun pada lini bisnis konstruksi Surya Semesta.

Keunggulan lain dari Surya Semesta ketimbang emiten sejenis adalah kontribusi pendapatan berulang (recurring income) pada total pendapatan cukup besar. Arief bilang, besarnya porsi pendapatan berulang ini membuat kinerja perseroan ini lebih stabil.

Lebih jelasnya, mari kita tengok laporan keuangan Surya Semesta. Selama enam bulan pertama 2012, Surya Semesta berhasil mencetak pendapatan dari penjualan lahan industri Rp 558 miliar.

Sementara, dari bisnis jasa konstruksi, Surya Semesta memperoleh pemasukan sebesar Rp 947,33 miliar. Lalu, ada pemasukan dari bisnis hotel sebesar Rp 200,40 miliar. Artinya, sekitar 64,96% pendapatan Surya Semesta merupakan pendapatan berulang. “Di antara tiga perusahaan, SSIA yang terbaik, dibandingkan pendapatan berulang KIJA yang 20% dan LPCK 11% dari total pendapatan di 2011,” sebut Arief.

Arief memprediksi, akhir tahun ini Surya Semesta bisa mencetak pendapatan Rp 3,42 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp 744 miliar. Bandingkan dengan laba bersih di 2011 yang cuma sebesar Rp 252 miliar. Lalu di 2013, pendapatan perseroan ini diprediksi bisa melesat jadi Rp 3,93 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 900 miliar.

Berdasarkan faktor-faktor tersebut, analis menilai saham SSIA masih layak dikoleksi. Arief mematok target harga untuk 12 bulan ke depan sebesar Rp 1.800 per saham. Sementara Kiswoyo pasang target harga Rp 1.550 per saham. “Tapi ini belum memfaktorkan selesainya pertukaran lahan dengan Perhutani,” sebut dia.

Sedangkan Lydia memasang target harga lebih kecil, yakni di Rp 1.470 per saham. Target harga tersebut mencerminkan price to earning ratio (PER) 2013 sebesar 8,2 kali.

Enak juga, ya, jadi pemegang saham SSIA.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 05 - XVII, 2012 Saham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×