Sumber: CNBC | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Setelah mengalami pergerakan yang penuh turbulensi pada kuartal II, harga emas ditransaksikan pada kisaran yang cukup ketat pada Juli. Pergerakan harga emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.220 per troy ounce-US$ 1.250 per troy oynce. Pertanyaannya sekarang, apakah harga si kuning mentereng ini sudah menyentuh bottom atau masih akan tertekan lebih dalam lagi ke depannya?
Berdasarkan analisa, tekanan terhadap harga emas saat ini sudah mulai mereda. "Saya rasa yang terburuk sudah lewat. Penurunan dari US$ 1.900 (di 2011) menjadi US$ 1.250 adalah turun 34%. Dan saya tidak melihat akan adanya penurunan lagi sebesar 34%. Itu berarti, harga emas sudah menyentuh bottom," jelas Warren Gilman, chairman dan CEO dari CEF Holdings.
Gilman menjelasn, pada periode April hingga Juni, harga emas mencatat penurunan kuartalan terburuk sebesar 23%. Kondisi ini dipicu oleh aksi jual kepada kepemilikan exchange traded funds (ETFs).
Selain itu, lanjutnya, sejumlah faktor lain juga memperlemah tenaga emas. Sebut saja kenaikan tingkat yield surat utang AS dan penguatan dollar AS.
Sementara itu, Victor Thianpiriya, commodity analyst Australia and New Zealand Banking Group memiliki pendapat berbeda. Menurutnya, harga emas belum mencapai bottom.
"Saya rasa, kita harus melihat aksi jual ETF mereda terlebih dulu. Belum ada permintaan yang cukup untuk menyerap aksi jual yang terjadi saat ini," jelas Thianpiriya.
Thianpiriya meramal, harga emas akan menyentuh posisi US$ 1.150 dalam tiga bulan ke depan. Menurutnya, kenaikan harga emas saat ini hanya reli sementara setelah harga emas jatuh menembus US$ 1.200 per troy ounce.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News