Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Herlina Kartika Dewi
Merujuk data Malaysian Palm Oil Board (MPOB) data ini adalah yang terendah di tahun ini setelah Agustus stok minyak sawit Malaysia berada di 2,25 juta ton.
Sementara itu, Nanang memproyeksikan permintaan minyak sawit dari domestik akan meningkat di tengah suplai yang menipis. Pemicunya adalah program B20 di Malaysia dan B30 di Indonesia pada 2020.
Sekadar informasi, program B30 merupakan program pemerintah Indonesia yang ditujukan untuk mengurangi impor dan ketergantungan BBM.
Diindikasikan B30 terdiri dari campuran Fatty Acyd Methyl Esther (FAME) minyak nabati seperti CPO dengan komposisi 30% dan minyak diesel biasa 70%. Diprediksi permintaan sawit untuk program ini capai 9,6 juta ton.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan permintaan CPO akan meningkat dari India untuk cadangan di akhir tahun. Selain itu meski perang dagang masih berlanjut dan berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi global, menurut Ibrahim permintaan CPO akan tetap tinggi karena untuk memenuhi kebutuhan tradisional.
Secara teknikal, Nanang menganalisis harga menguji penutupan di bawah RM 2.565 per ton. Bila level tersebut terlampaui maka ruang koreksi lanjutan bisa ke rentang RM 2.510 per ton. Volume penurunan juga masih cenderung terbatas. Indikator stochastic masih menunjukkan sinyal penurunan harga.
Baca Juga: Harga CPO Naik ditopang Menipisnya Stok Minyak Sawit Malaysia
Nanang memproyeksikan rentang harga CPO di Senin (25/11) berpotensi turun terbatas di rentang RM 2.500 per ton-RM2.600 per ton. Sementara, untuk sepekan di rentang RM 2.500 per ton-RM 2.700 per ton.
Sementara, Ibrahim memproyeksikan harga CPO di Senin (25/11) berada di rentang RM 2.540 per ton-RM2.590 per ton. Ibrahim merekomendasikan sell.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News