Reporter: Dimas Andi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persaingan bisnis di industri makanan roti semakin ketat. Kendati begitu, analis menilai PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) masih mampu mengungguli para pesaingnya.
Kepala Riset Narada Aset Manajemen Kiswoyo Adi Joe mengatakan, nama besar ROTI dalam industri makanan roti tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya, emiten tersebut sudah memilik merek yang terkenal di kalangan konsumen dari berbagai segmen masyarakat, yakni Sari Roti.
Keunggulan lain yang dimiliki produk ROTI adalah harganya yang cukup terjangkau. "Dari segi branding, ROTI seharusnya sudah mapan sehingga mudah mendapatkan konsumen baru," kata Kiswoyo, Rabu (20/6).
Di sisi lain, analis Mirae Asset Sekuritas Mimi Halimin dalam risetnya per 6 Juni 2018 menjelaskan, persaingan di industri roti memang cukup kompetitif. Hingga saat ini, industri roti di Indonesia masih didominasi oleh produsen kecil atau rumahan sebesar 68%, sedangkan produsen massal seperti ROTI hanya menguasai 20% saja.
Walau distribusi produk-produk ROTI tergolong baik, emiten ini perlu mewaspadai kehadiran produk-produk asal perusahaan baru. Mimi mencatat, ada sejumlah perusahaan baru, seperti Yamazaki Indonesia dan Indoroti Prima Cemerlang, yang memiliki produk roti dengan harga yang mirip dengan ROTI.
Ambil contoh, roti sandwich merek Mr. Bread produksi Indoroti Prima Cemerlang memiliki harga Rp 4.500 dengan ukuran 50 gram. Harga tersebut sama dengan produk Sari Roti yang berukuran 46 gram.
Analis BCA Sekuritas Willy Suwanto dalam riset 18 Mei menambahkan, persaingan ini dapat menjadi bumerang bagi kinerja ROTI. Pasalnya, hal tersebut dapat membuat retur penjualan ROTI meningkat.
Peningkatan retur penjualan ROTI sudah mulai tampak pada kuartal I-2018, di mana tingkat retur penjualan mencapai 25,8%. Hal ini menyebabkan laba bersih ROTI turun 2,9% dibanding periode yang sama tahun lalu.
Bangun pabrik
Tahun ini, ROTI bakal melakukan ekspansi dengan membangun dua pabrik. Alokasi dana untuk ekspansi ini Rp 500 miliar. Dana tersebut berasal dari belanja modal ROTI yang mencapai Rp 600 miliar.
Kiswoyo menyebut, ekspansi tersebut dapat berdampak positif terhadap kinerja ROTI secara jangka panjang. "Supaya optimal, pembangunan pabrik tersebut harus dekat dengan jaringan distribusi ROTI, karena produknya tidak tahan lama," ungkap dia.
Hingga Maret 2018, ROTI telah memiliki 10 pabrik yang beroperasi di Pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi, dengan kapasitas 4,1 juta potong per hari. Dengan ekspansi ini, ia merekomendasikan beli saham ROTI dengan target Rp 1.300 per saham.
Senada, Willy memberi menyarankan beli di harga Rp 1.200 per saham. Ia yakin, ROTI berpeluang memperoleh pendapatan sebesar Rp 2,84 triliun akhir tahun nanti. Sedang laba bersih berpotensi mencapai Rp 208 miliar.
Analis Nomura Sekuritas Indonesia Deidy Wijaya merekomendasikan, netral ROTI dengan target harga Rp 1.260 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News