Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) ingin memperbaiki kinerja sembari melanjutkan diversifikasi bisnis non-batubara pada paruh kedua tahun ini. INDY memacu strategi tersebut usai mengalami penurunan kinerja pada semester I-2024.
INDY meraup pendapatan sebesar US$ 1,19 miliar sepanjang enam bulan pertama 2024. Menyusut 28,74% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang kala itu mencapai US$ 1,67 miliar.
INDY meraih laba bersih senilai US$ 21,01 juta pada semester I-2024. Terpangkas 76,60% dari laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk INDY senilai US$ 89,80 juta pada semester I-2023.
Baca Juga: Djarum dan Adaro Masuk Daftar Grup Pembayar Pajak Terbesar, Ini Catatan Pengamat
Head of Corporate Communications Indika Energy, Ricky Fernando, mengungkapkan penurunan pendapatan INDY terutama disebabkan oleh menyusutnya kontribusi dari Kideco Jaya Agung dan Indika Indonesia Resources. Sebagai akibat dari penurunan harga jual batubara Kideco dan divestasi Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Pada tahun 2024, kinerja MUTU hanya dikonsolidasikan selama dua bulan, setelah diselesaikannya proses divestasi pada Februari 2024. Adapun, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) batubara Kideco turun 23,9% menjadi US$ 62,6 per ton dalam periode enam bulan 2024.
Volume produksi batubara INDY mencapai 14,9 juta ton pada semester I-2024. Sedangkan volume penjualan sebesar 14,8 juta ton. Sebagai perbandingan, volume produksi batubara INDY pada semester I-2023 sebesar 14,3 juta ton dan volume penjualan 15 juta ton.
Realisasi produksi pada periode enam bulan tersebut sejalan dengan rencana produksi tahun 2024 yang telah disetujui dalam Rencana Kerja dan Anggaran Belanja (RKAB) oleh Kementerian ESDM yaitu 29,4 juta ton.
Baca Juga: Empat Pengusaha Ikut Saweran untuk Timnas, Total Saweran Menjadi Rp 27 Miliar
INDY pun mengalokasikan 5,5 juta ton batubara atau sekitar 37% untuk pasar domestik. Melebihi Domestic Market Obligation (DMO) batubara yakni sebesar 25%. Sedangkan volume penjualan batubara untuk pasar ekspor mencapai 63% dengan negara tujuan China, India, Korea Selatan, dan negara Asia Tenggara lainnya.
Memasuki semester II-2024, INDY memacu strategi mengoptimalkan produksi untuk mencapai target, meningkatkan efisiensi, menjaga posisi kas, dan mengoptimalisasi belanja modal.
"Fokus bisnis kami terutama untuk meningkatkan kinerja usaha di sektor non-batubara termasuk kendaraan listrik, tenaga surya, nature-based solutions dan logistik," ungkap Ricky kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Langkah itu sudah dimulai INDY sejak bulan Juli, yakni dengan meluncurkan brand KALISTA di Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2024.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Indika Energy (INDY) di Tengah Tekanan Harga Batubara
KALISTA merupakan perusahaan fleets-as-a-service (FaaS) untuk mendukung bisnis dalam transisi energi melalui layanan penyewaan kendaraan listrik roda empat dan roda dua.
Tidak hanya penyewaan, KALISTA juga menyediakan solusi menyeluruh untuk mendukung kliennya dalam transisi ke electric vehicle (EV). Selain itu, INDY juga telah meluncurkan tiga motor listrik terbaru, yakni ALVA N3, ALVA Cervo Q dan ALVA Cervo Boost Charge.
Guna mendukung strategi bisnisnya, INDY mengalokasikan belanja modal (capex) senilai US$ 267,7 juta untuk tahun 2024. Mayoritas dialokasikan untuk pengembangan proyek Awak Mas, kendaraan listrik, nature-based solutions.
Pada semester I-2024, INDY merealisasikan capex sebesar US$ 47,7 juta. Sebanyak 77% digunakan untuk mengembangkan bisnis non-batubara, termasuk Indika Mineral Investindo (terutama untuk proyek Awak Mas) senilai US$ 28,7 juta, Indika Nature US$ 3,1 juta, serta untuk Ilectra Motor Group dan KALISTA.
Rekomendasi Saham
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengamati kinerja INDY pada semester I-2024 sesuai ekspektasi. Penurunan kinerja INDY sejalan dengan tantangan yang dihadapi oleh emiten batubara, yakni penurunan harga komoditas yang berdampak pada capaian penjualan batubara.
Hendra menilai strategi untuk mengelola beban dan menjaga likuiditas akan menjadi kunci bagi INDY mempertahankan stabilitas keuangan di tengah situasi yang masih menantang. Sedangkan dalam jangka panjang, Hendra melihat strategi diversifikasi berpotensi menopang kinerja INDY.
"Prospek kinerja pada semester II-2024 menghadapi tantangan, namun juga berpeluang cukup besar untuk perbaikan. Upaya diversifikasi bisnis yang dilakukan INDY menunjukkan potensi pertumbuhan," terang Hendra.
Baca Juga: Bersiap, Indika Energy (INDY) Bagi Dividen Tunai US$ 30 Juta
Hendra melihat saham INDY layak koleksi sebagai pilihan investasi. Secara teknikal, Hendra menyematkan rekomendasi buy INDY untuk target harga Rp 1.490 - Rp 1.600 dengan mencermati support di level Rp 1.295.
Sedangkan Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menyarankan koleksi INDY dengan strategi buy on weakness. Support berada di Rp 1.300, resistance pada Rp 1.400, dengan target harga di Rp 1.450 - Rp 1.530.
Adapun, INDY menutup perdagangan Kamis (8/8) dengan pelemahan tipis 0,36% ke level Rp 1.365 per saham. Secara year to date, harga saham INDY mengakumulasi penurunan 4,88%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News