kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Strategi Adaro Energy (ADRO) Mengejar 50% Pendapatan Non-Batubara Thermal Tahun 2030


Selasa, 28 November 2023 / 18:34 WIB
Strategi Adaro Energy (ADRO) Mengejar 50% Pendapatan Non-Batubara Thermal Tahun 2030
ILUSTRASI. Adaro Energy Indonesia (ADRO) akan menggenjot kontribusi pendapatan di luar batubara termal.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) akan menggenjot kontribusi pendapatan di luar batubara termal. Emiten yang juga dimiliki oleh taipan Garibaldi "Boy" Thohir ini ingin menyeimbangkan pendapatan dari ketiga pilar bisnis inti.

Chief Financial Officer ADRO Lie Lukman membeberkan ada tiga pilar yang akan menopang bisnis Adaro Grup. Meliputi batubara termal dari Adaro Energy, batubara metalurgi (coking coal) dan mineral lewat PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR), serta energi terbarukan melalui Adaro Green.

Lukman menargetkan revenue ADRO dari non-batubara termal bisa terus tumbuh dan mencapai sekitar 50% pada tahun 2030. "Suatu saat income kami sedikit demi sedikit akan tergantikan dengan (bisnis) yang lebih hijau dari pilar kedua dan ketiga itu," ungkapnya dalam paparan publik, Selasa (28/11).

Direktur Adaro Energy Michael Soeryadjaya melanjutkan, perlu waktu untuk menyeimbangkan pendapatan dari bisnis non-batubara termal, lantaran pembangunan proyek berbasis energi bersih cenderung memakan waktu yang lebih lama.

"Beberapa proyek strategis sedang dikembangkan, yang paling high profile adalah hydro power," kata Michael.

Baca Juga: Beberapa Emiten Blue Chip Terlempar dari Top 10 Market Cap, Ini Kata Analis

Proyek yang dimaksud Michael adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Mentarang Induk. Dengan kapasitas sebesar 1.375 Megawatt (MW), PLTA yang ditargetkan bisa beroperasi komersial pada tahun 2030 ini akan memasok energi untuk Kawasan Industri di Kalimantan Utara.

Di Kawasan Industri tersebut, ADRO melalui ADMR juga sedang membangun smelter aluminium dalam tiga tahap dengan kapasitas produksi yang bisa mencapai 1,5 juta ton. Pada tahap pertama, proyek smelter aluminium ini ditargetkan bisa rampung pada tahun 2025 dengan kapasitas 500.000 ton aluminium per tahun.

Smelter aluminium ini turut menjadi andalan ADRO dalam mendulang pendapatan di luar bisnis batubara termal. "Tahun 2025 kami berharap sudah mulai beroperasi dan menghasilkan pendapatan dari aluminium. Setelah fase pertama jadi, kami akan lanjutkan ke tahap berikutnya," terang Lukman.

Baca Juga: Sejumlah Emiten Ini Keluar Dari 10 Besar Market Cap BEI, Simak Rekomendasi Analis

Meski belum merinci, tapi Lukman mengatakan bahwa ADRO juga mencari peluang untuk menjajaki bisnis komoditas mineral lainnya. Sementara dalam waktu dekat ini, ADRO akan meningkatkan produksi coking coal melalui ADMR, yang ditargetkan mencapai 6 juta ton pada 2025.

"Harga coking coal jauh lebih tinggi daripada thermal coal. Sehingga kami berharap kontribusi coking coal semakin lama semakin besar, kami berharap bisa meningkat terus," ujar Lukman.

Proyek lain yang sedang digarap ADRO adalah Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tanah Laut berkapasitas 70 MW, yang ditargetkan beroperasi komersial pada 2025. Selain itu, ADRO melalui PT Adaro Power juga tergabung dalam konsorsium untuk mengembangkan industri panel surya dan penyimpanan energi baterai bersama dengan Grup Medco (MEDC) dan TBS Energi (TOBA).

Baca Juga: Sejumlah Emiten Bakal Terdampak Kenaikan UMP 2024, Begini Kata Analis

Belum Bisa Tinggalkan Batubara Termal

Walau punya banyak proyek diversifikasi, tapi ADRO tetap tidak bisa meninggalkan bisnis batubara termal. Lukman mengamini diversifikasi bisnis menjadi krusial di tengah tekanan terhadap industri batubara.

Hanya saja, dia juga menekankan bisnis batubara termal masih prospektif, setidaknya untuk beberapa tahun ke depan. Lantaran kebutuhan batubara sebagai sumber energi masih tinggi, baik dari dalam negeri maupun di banyak negara lainnya.

"Jadi walau batubara perlu digantikan dengan energi terbarukan, tapi untuk sementara waktu demand masih cukup tinggi. Kami melihat tren batubara termal masih positif. Tahun ini maupun tahun depan tren harga batubara termal masih kuat," terang Lukman.

Baca Juga: Indonesia Dianggap Menguasai 50% Pasar Ekspor Batubara Termal Global

Lukman bilang, ADRO masih menyusun target untuk tahun depan. Tapi untuk tingkat produksi batubara, Lukman mengestimasi tidak akan lebih kecil ketimbang capaian tahun ini. Adapun, sepanjang 2023 ADRO mematok target produksi batubara antara 62 juta - 64 juta ton.

Investor Relations Adaro Energy, Danuta Komar menjelaskan target tersebut mencakup produksi dari batubara termal antara 59 juta ton-60 juta ton dan coking coal sekitar 4 juta ton. "Kami berada di track yang tepat untuk mencapai batas atas panduan tersebut," kata Danuta.

Danuta juga menyampaikan, ADRO masih menyusun anggaran untuk belanja modal (capex) untuk 2024. Sedangkan pada tahun ini, alokasi capex ADRO mencapai US$ 400 juta-US$ 600 juta. Dalam laporan per kuartal III-2023, serapan capex ADRO sudah mencapai US$ 473 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×