Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
KUALA LUMPUR. Minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) tertekan untuk hari yang ketiga ke level terendah dalam satu tahun. Koreksi harga minyak sawit terpicu spekulasi melimpahnya stok di Malaysia, setelah produksi lokal meningkat. Apalagi, Indonesia mulai memperkenalkan struktur pajak ekspor baru.
CPO untuk pengiriman Desember di Malaysia Derivatives Exchange sempat jatuh 0,8% ke level RM 2.789 atau setara US$ 874 per metrik ton. Ini level terendah sejak 8 Oktober 2010. Kontrak yang sama mengakhiri sesi perdagangan pagi di RM 2.803 per metrik ton di Kuala Lumpur.
Survei Bloomberg memprediksi stok minyak sawit Malaysia per September mungkin akan meningkat 6,4% dibanding bulan sebelumnya, yaitu menjadi 2 juta ton. Pasalnya, hasil panen meningkat, sementara permintaan ekspor turun. Malaysian Palm Oil Board dijadwalkan merilis data tersebut pada 10 Oktober.
Hasil survei juga memproyeksi kenaikan produksi Malaysia sebanyak 6% menjadi 1,77 juta ton per September. Sementara, ekspor turun 7,1% menjadi 1,57 juta ton.
Direktur Commodity Links Pte. Vijay Mehta menyebut, akan ada beberapa tekanan jangka pendek, kecuali ada beberapa pembelian dari China dan negara-negara lain. "Pembelian di November diekspektasi melambat karena musim dingin dimulai," ujarnya hari ini, di Singapura.
Sementara itu, penjualan dari Indonesia sebagai pemasok CPO terbesar mungkin akan meningkat setelah pajak ekspor untuk produk olahan dipangkas. CEO Palm Oil Refiners Association of Malaysia Mohammad Jaaffar Ahmad menilai, hal ini bisa menyebabkan penumpukan stok minyak sawit mentah, sehingga menekan harga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News