Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga minyak mencoba bangkit setelah mendapat sentimen positif dari kenaikan permintaan dan stok minyak Amerika Serikat (AS) yang berkurang. Mengacu data Bloomberg, Rabu (10/6) pukul 14.36 WIB, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman bulan Juli 2015 tercatat mencapai US$ 60,95 naik 1,34% dibandingkan hari sebelumnya. Selama sepekan, harga terangkat 2,19%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menilai, kenaikan harga minyak ditopang oleh penambahan permintaan dari negara-negara maju untuk kebutuhan musim panas sebesar 38.000 barel. Belum lagi Energy Information Administration (EIA) AS yang merevisi prediksi permintaan minyak dari sebelumnya 340.000 barel per hari menjadi 380.000 barel per hari.
Selain itu, Tiongkok sebagai salah satu negara konsumen minyak merilis data inflasi yakni Consumer Price Index (CPI) per Mei 2015. Dari data tersebut, inflasi Negeri Tirai Bambu mencapai 1,2%, lebih baik dari posisi periode sama tahun sebelumnya yang berkisar 1,5%. "Data inflasi Tiongkok yang menguat membuat harga minyak ikut melambung," ujarnya. Data tersebut dirilis Selasa (9/6).
Faktor pendorong kenaikan harga minyak juga berasal dari pasokan minyak AS yang menyusut. Berdasarkan data dari American Petroleum Institute, pasokan minyak Negeri Paman Sam terkoreksi 6,7 juta barel per tanggal 5 Juni 2015. Seirama, dari data Bloomberg, persediaan minyak mentah AS juga menciut 1,5 juta menjadi 475,9 juta barel pekan lalu. Dengan pasokan yang menipis, harga minyak pun terangkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News