Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen positif membanjiri pasar obligasi baik untuk Surat Utang Negara (SUN) dengan seri FR maupun obligasi pemerintah berdenominasi dolar AS (INDON). Spread yield kedua surat utang itu dengan yield US Treasury pun menarik investor asing untuk masuk. Ini pertanda bagus bagi pasar obligasi.
Di bulan Mei lalu, pasar obligasi membukukan arus dana asing masuk sebesar Rp 6,9 triliun. Kondisi tersebut membuat yield obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun turun dari 7,9% ke 7,3%.
Baca Juga: Utang pemerintah jadi tumpuan perekonomian saat ini
Head of Fixed Income Schroders Indonesia, Soufat Hartawan, mengatakan, hal tersebut berarti selisih yield antara SUN dan US Treasury saat ini berkisar di 650 basis pon atau jadi tertinggi dalam lima tahun terakhir.
"Tentu saja selisih yang sangat besar tersebut menjadi perhatian investor global dan mereka menunggu momen yang tepat terutama pada saat fluktuasi pasar melandai dan nilai tukar rupiah lebih stabil," kata Soufat.
Tidak hanya SUN yang kini terlihat menggiurkan di mata investor asing. Yield seri INDON30 juga bergerak turun dari 3,6% ke 2,6%. Hal tersebut membuat spread antara US Treasury yang berada di level 0,6% dan yield INDON dengan tenor 10 tahun menipis.
Baca Juga: Pemerintah akan lelang enam seri sukuk Selasa pekan depan, target indikatif Rp 7 T
"Spread saat ini berkisar 200 bps, sementara di awal tahun 2020 sebesar 100 bps," kata Soufat. Alhasil, dengan kata lain potensi kenaikan kinerja INDON30 pun masih ada sepanjang rating soverign tidak berubah.
Investor asing juga makin tertarik karena pemerintah masih menawarkan yield yang cukup tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah negara lain.
Selain itu, tidak kalah penting, dengan likuiditas dollar AS yang terus meningkat akibat stimulus yang tiada henti oleh The Fed, maka ke depan INDON akan terus diburu investor.
Sementara, apabila sentimen negatif dari pandemi Covid-19 mereda, maka Soufat memproyeksikan hot money dari investor asing diharapkan dapat kembali masuk ke pasar obligasi domestik baik ke seri FR maupun INDON.
Baca Juga: ORI017, instrumen investasi aman saat pandemik
Soufat mengatakan penguatan rupiah serta adanya kejelasan mengenai skema pembiayaan defisit fiskal akan menjadi faktor penentu penguatan pasar obligasi Indonesia ke depannya. Tak lupa, pembicaraan untuk membuka kembali perekonomian juga turut memberi sentimen positif.
Soufat mengatakan di tengah kondisi pasar obligasi yang membaik, salah satu instrumen investasi denominasi dollar AS yang bisa dijadikan alternatif oleh investor adalah Schroders USD Bond Fund. Kinerja reksadana ini tumbuh 64,05% per akhir Mei dari peluncuran di 2007.
Baca Juga: Posisi utang pemerintah per akhir Mei 2020 mencapai Rp 5.258,57 triliun
Soufat mencoba memaksimalkan imbal hasil reksadana tersebut dengan memegang aset hutang jangka pendek dan menangah serta mengoptimalkan durasi indkes obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News