Reporter: Rika Theo |
NEW YORK. Saham-saham di bursa Amerika Serikat berhasil rebound semalam. Akan tetapi, hal ini tak bisa mengangkat indeks Standard & Poor’s 500 dari penurunan mingguan terdalam sejak November 2012.
Di hari terakhir perdagangan Jumat (19/4), S&P 500 terangkat 0,88% ke 1.555,25. Indeks Dow Jones naik tipis 0,07% ke 14.547,51.
Namun kinerja kedua indeks itu sepekan terakhir mengecewakan. Selama lima hari sampai Jumat, indeks S&P 500 tergerus 2,1%. Indeks Dow Jones Industrial Average juga terpangkas 317,55 poin atau 2,1%. Bagi Dow Jones, pekan ini menjadi pekan terburuk sejak 1 Juni 2012.
"Semua orang telah menanti penarikan mundur, dan ini dia. Pasar hanya mencerminkan apa yang kita alami dengan penurunan lunak data ekonomi. Beberapa perusahaan masih mengalahkan ekspektasi kinerja laba bersih," kata Andres Garcia-Amaya, Market Strategist unit reksadana JPMorgan Chase & Co.
Saham-saham merosot ketika PDB China hanya naik 7,7% di kuartal I 2013 dibandingkan setahun lalu. Angka itu lebih rendah dibandingkan prediksi ekonom yang sebesar 7,9%.
Di Amerika Serikat, data ekonomi menunjukan gambaran yang bervariasi. Konstruksi rumah baru berhasil naik ke level terbaik dalam lima tahun. Namun, produksi pabrik dan indeks-indeks indikator ekonomi AS lainnya turun.
Indeks S&P 500 telah kehilangan 0,5% sejak 8 April, saat Alcoa Inc menjadi perusahaan pertama yang mengumumkan kinerja kuartal I. Sejauh ini, sudah 103 perusahaan melaporkan kinerja dan 72% di antaranya melampaui proyeksi analis.
Exxon Mobil Corp. dan 3M Co. termasuk dalam 170 emiten yang akan melaporkan kinerjanya pekan depan.
Namun, analis memprediksi laba bersih di antara emiten S&P 500 turun 1,1% di kuartal I lalu. Ini merupakan penurunan year on year atau tahunan pertama sejak 2009.
Masihkah bull market berlanjut?
Bulan lalu merupakan bulan kelima bull market melanda Wall Street. Ini ditandai dengan indeks S&P 500 yang sudah berlipat dua dari level terlemah di 2009.
Bahan bakar reli tersebut adalah kinerja emiten yang membaik dan tiga rondek Quantitative Easing oleh Federal Reserves.
Namun, investor individu rupanya tak terlalu yakin reli akan berlanjut. Sekitar 54,5% responden memperkirakan pasar akan turun dalam enam bulan ke depan. Ini merupakan hasil survey American Association of Individual Investors yang diterbitkan 11 April lalu.
John Manley, Chief Equity Strategist Wells Fargo Funds Management menawarkan perspektif lain. "Bull market membutuhkan orang-orang yang negatif berubah positif, dan masih banyak yang seperti itu di sekitar kita. Fakta bahwa orang-orang masih khawatir atas ekonomi akan memihak perspektif pasar saham. Karena itu akan mendorong orang berubah pikiran dan pindah ke saham," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News