Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR) akan melanjutkan ekspansi bisnis di sektor menara dan fiber optik meskipun tidak terlalu agresif. Tahun ini, perusahaan telekomunikasi ini akan menggangarkan belanja modal sebesar Rp 600 miliar untuk mendukung ekspansinya.
Jumlah anggaran belanja modal atawa capital expenditure (capex) tahun ini tidak berbeda dari tahun sebelumnya. Untuk mendanai rencana ekspansi tersebut, Solusi Tunas Pratama masih akan mengandalkan kas internal perusahaan.
Hingga akhir Maret 2018, SUPR sudah memiliki 6.856 menara yang terdiri dari 6.273 menara makro, 545 microcell poles (MCP) dan 38 lokasi indoor DAS. Sementara jaringan fiber optik yang dimiliki mencapai 2.858 kilometer (km).
Nobel Tanihaha, Direktur Utama PT Solusi Tunas Pratama Tbk mengatakan, pihaknya akan fokus melakukan ekspansi organik di bisnis menara. Pasalnya, saat ini sudah susah melakukan ekspansi anorganik karena perusahaan menara sudah tidak ada lagi yang berencana menjual tower telekomunikasinya. "Sudah sulit untuk masuk lewat anorganik karena barangnya sudah sedikit," katanya di Jakarta, Rabu (22/5).
Sementara dalam melakukan ekspansi organik, SUPR tidak akan agresif. Perusahaan akan lebih selektif dalam membangun menara baru sesuai dengan pesanan dari operator.
Begitu juga di fiber optik, SUPR juga tidak akan melakukan ekspansi besar-besaran. Nobel bilang, ekpansi jika ada permintaan dari klien. Saat ini, perusahaan baru menyambungkan 6.000 homepass sehingga kontribusi bisnis non menara ke pendapatan mereka masih kecil yakni baru 10%. Tetapi ini akan digenjot menjadi 30% dalam lima tahun ke depan.
SUPR tidak menjelaskan secara rinci berapa anggaran belanja modal yang disiapkan untuk ekspansi di menara. "Sulit untuk membedakan berapa untuk menara dan berapa untuk fiber optik karena kami kami melakukan strategi paket bundling. Kami sekarang sedang me-review bundling untuk semua produk kami," jelas Juliawati Gunawan, Direktur SUPR.
Untuk mendorong pertumbuhan bisnis, SUPR akan fokus melakukan peningkatan kolokasi pada menara-menara eksisting. Nobel melihat, prospek bisnis menara di Indonesia saat ini masih cukup besar. Potensi pertumbuhan rasio penyewaaan tower akan terus bertambah sejalan dengan pengembangan infrastruktur yang dilakukan pemerintah dan ekpansi jaringan yang dilakukan operator dari ke 4G.
Penyebaran spektrum yang lebih tinggi diperkirakan bertumbuh karena operator telekomunikasi akan mengekspansi kapasitas 3G dan 4G mereka. Kemudian, frekuensi yang lebih tinggi membutuhkan jaringan yang lebih padat untuk memelihara cakupan yang sama.
Nobel melihat densifikasi jaringan yang dilakukan oleh operator-operator diperkirakan akan menghasilkan kolokasi yang lebih tinggi pada penyewaan yang ada "Kami siap untuk memenuhi permintaan kolokasi mengingat sebagian besar portofolio menara kami di daerah perkotaan seperti Jakarta dan pulau Jawa," katanya.
Tahun ini, SUPR menargetkan pendapatan tumbuh sekitar 7%-8%. Sedangkan margin EBITDA ditargetkan sebesar 86%. Sementara kuartal I 2018, perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan 2,4% menjadi Rp 490 miliar dan EBITDA naik 3,2% menjadi Rp 425,4 miliar dengaan margin EBITDA 86,7%.
Pertumbuhan kinerja kuartal I tersebut menurut Nobel masih ditopang dari kolokasi. "Kolokasi akan terus kita tingkatkan untuk mencapai target pertumbuhan yang sudah kita harapkan," kata Nobel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News