kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

SMMT tertarik menggarap bisnis gas metan


Senin, 03 Juni 2013 / 16:22 WIB
SMMT tertarik menggarap bisnis gas metan
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi belanja negara baru terealisasi 84% dari target APBN 2021.


Reporter: Dityasa H Forddanta |

JAKARTA. Cadangan batubara di dunia memang tergolong besar. Tapi, fluktuasi harga komoditas peninggalan jaman purba ini memaksa para pelaku bisnis batubara putar otak jika ingin bisnisnya langgeng.

PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) misalnya. Meski masih dalam tahap kajian, tapi manajemen mengaku sangat tertarik untuk menggarap bisnis pengolahan batubara menjadi gas metan.

"Soalnya, gas metan memiliki nilai yang lebih tinggi ketimbang batubara itu sendiri," jelas Achmad Hawadi, Direktur SMMT, Senin (3/6).

Menurutnya, pengolahan batubara menghasilkan ekses berupa gas metan. Jika diolah, maka hasil pengolahan ini bisa menjadi campuran bahan bakar minyak (BBM) yang tentunya memiliki nilai tambah dibanding hanya mengolah batubara saja.

"Tapi ini masih dalam kajian secara mendalam. Soalnya, di Indonesia belum ada institusi yang khusus menampung bisnis energi alternatif seperti ini. Makanya, kami butuh pembenahan di sana sini, dan yang jelas ini rencana jangka panjang kami," jelas Achmad.

Sayang, lantaran masih dalam tahap kajian, manajemen belum bisa merinci nilai investasi dan target kinerja bisnis energi alternatif ini ke depannya seperti apa. Namun, Achmad menggambarkan, sekitar 2 juta - 4 juta ton bisa menghasilkan satu liter gas metan. Terlihat sedikit memang, tapi satu liter gas metan dibanderol dengan harga US$ 800. Bandingkan dengan harga batubara yang hanya sekitar US$ 85,33 per ton pada Mei lalu.

Perusahaan batubara di Indonesia juga belum ada yang memiliki mesin konversi barubara menjadi gas metan. Tapi jika dibandingkan dengan Jerman yang pabriknya banyak memanfaatkan limbah batubara, maka mesin konversi tersebut jika dirupiahkan bisa mencapai Rp 6 triliun.

"Investasinya memang besar, tapi potensi di balik ini juga baik. Ini juga merupakan upaya kami untuk mewujudkan sinergi bisnis perusahaan," pungkas Achmad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×