Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sinyal positif dari perundingan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China berhasil membawa dolar AS menguat mengungguli valuta lainnya. Kendati mayoritas mata uang Asia menunjukkan pelemahan, tetapi yuan China justru bergerak naik.
Menurut Trading Economics, Senin (12/5) pukul 17.35 WIB, indeks dolar AS (DXY) berada di level 101,79 bps, naik 1,45% secara harian.
Menguatnya Greenback ini menyebabkan beberapa valuta Asia melemah seperti yen Jepang, won Korea Selatan, dan dolar Singapura. Pairing USDJPY yang tercatat 2,15% ke level 148,48; paring USDKRW menguat 1,88% ke level 1.421,40 dan pairing USDSGD menguat 0,80% ke level 1,3079.
Namun di tengah penguatan tersebut, dolar AS malah mengalami pelemahan terhadap yuan. Pairing USDCNY tercatat turun -0,32% ke level 7,2131.
Baca Juga: Kesepakatan AS-China: Tarif Dipangkas, Dolar Menguat Tajam!
Menurut Analis Doo Financial Lukman Leong situasi ini salah satunya disebabkan oleh sinyal positif dari perundingan AS dan China.
“Walau tidak ada rincian, tetapi AS mengatakan telah ada mencapai sebagian keputusan. Ini mendorong harapan terhadap kemajuan perundingan tarif antar negara,” sebut Lukman kepada Kontan, Senin (12/5).
Itu juga salah satunya yang mendorong CNY menguat. Meskipun, menurut Lukman, kelanjutan penguatan ataupun pelemahan CNY tetap akan ditentukan oleh kemampuan pemerintah China dalam menjaga nilai.
Menurut Lukman, kemajuan perundingan tarif AS dan China ke depannya bakal mendukung mata uang Asia juga.
“Saat ini investor akan wait and see menantikan hasil lebih lanjut,” sebut Lukman.
Baca Juga: Yuan China Tembus Level Tertinggi 1,5 Bulan, Investor Tinggalkan Dolar AS
Sementara itu, pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyebut negosiasi AS-China masih perlu dipantau. Pasalnya, Presiden AS Donald Trump baru memastikan akan menurunkan tarif China menjadi 80%. Menurut Ibrahim, itu tak serta-merta menghilangkan ketegangan di antara keduanya.
“Karena keinginan dari China itu tidak ada biaya impor,” sebut Ibrahim kepada Kontan, Senin (12/5).
Menurut Ibrahim, kondisi geopolitik yang masih tak pasti juga bakal memengaruhi pergerakan valuta-valuta Asia nantinya, sebagai imbas dari pergerakan DXY. Namun, dalam waktu dekat, ia melihat potensi pelemahan valuta-valuta Asia masih akan berlanjut.
Selanjutnya: Update Grafik Harga Emas Antam, Hari Ini Bergerak Kemana? (12 Mei 2025)
Menarik Dibaca: 6 Ciri-Ciri Moisturizer Tidak Cocok, Jangan Dipakai Lagi Ya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News