Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
SYDNEY. Di pasar Asia, euro menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ke level tertinggi dalam tiga pekan terakhir.
Hingga pukul 12.20 WIB, euro naik 0,23% ke level US$ 1,3831 per euro, dari penutupan kemarin di US$ 1,3800 per euro. Bahkan, pada pukul 9.40 WIB, mata uang Uni Eropa ini sempat menguat ke US$ 1,3838, level tertinggi sejak 2 Februari. Di pekan ini, euro pun sudah menguat sebesar 1%.
Penguatan ini dipicu spekulasi kenaikan suku bunga. Pejabat bank sentral Eropa (ECB) menunjukkan sinyal kalau mereka hendak menaikkan bunga untuk memerangi tekanan inflasi.
Euro juga menguat sebelum Jerman melaporkan tingkat harga konsumen, hari ini. Ekonom menduga harga konsumen Jerman di Februari bakal mengalami kenaikan 2,1%, dari tahun sebelumnya. Ini yang terbesar sejak Oktober 2008.
Hitoshi Asaoka, analis senior Mizuho Trust & Banking Co. menyebut, hal yang sepertinya paling dikhawatirkan ECB adalah terkait inflasi. Dan, jika hal ini terjadi, bank mungkin harus mempertimbangkan kenaikan tingkat bunga. "Mungkin ini yang menjadi alasan euro diperdagangan sangat kuat," ujarnya.
Kazuyuki Kato, manajer treasury dari Mizuho Trust menambahkan, fokus pasar saat ini beralih ke inflasi, dan tidak lagi terkait semua pada risk aversion. "Kecemasan inflasi akan mendorong ekspektasi kenaikan bunga di pasar. Mata uang Eropa sudah cukup kuat," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News