Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sinarmas Sekuritas menurunkan peringkat PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Hal ini akibat hasil kinerja kuartal I 2023 yang kurang memuaskan.
Pada kuartal I 2023, PTBA mencetak pendapatan sebesar Rp 9,95 triliun atau tumbuh 21,35% secara tahunan (YoY) dari Rp 8,20 triliun. Sementara laba bersih anjlok 48,44% YoY menjadi Rp 1,18 triliun.
Analis Sinarmas Sekuritas Axel Leonardo memaparkan bahwa tergerusnya laba bersih akibat kenaikan yang signifikan pada biaya pertambangan, kereta api, dan bahan bakar. Masing-masing mencatatkan kenaikan sebesar 41%, 60%, dan 90% YoY.
Kenaikan biaya ini terutama didorong oleh dimulainya operasi di Banko Tengah yang mendorong rasio pengupasan menjadi 7,1 kali, lebih tinggi dari target tahunan perusahaan sebesar 6,3x.
Baca Juga: Kinerja Bukit Asam (PTBA) Bakal Tertekan di 2023, Intip Rekomendasi Sejumlah Analis
"Akibatnya, kenaikan biaya menyebabkan penurunan marjin laba kotor yang mencapai 21%," tulisnya dalam riset, Rabu (24/5).
Pada kuartal II, tekanan kinerja PTBA diperkirakan berlanjut. Axel memprediksi laba bersih PTBA turun 66% YoY, terutama disebabkan oleh asumsi harga batubara kuartal II 2023 yang lebih rendah sebesar US$ 200 per ton atau turun 45% YoY, serta biaya yang lebih tinggi.
Sementara untuk sepanjang tahun 2023, laba bersih PTBA diprediksi turun hingga 50%. Sebab, Sinarmas Sekuritas menaikkan biaya kereta api, bahan bakar, dan royalti sebesar 20% untuk tahun ini guna menyesuaikan kenaikan biaya baru-baru ini.
Dengan begitu, proyeksi pendapatan PTBA tahun ini diturunkan sebesar 6% menjadi Rp 39,88 triliun dari sebelumnya Rp 42,33 triliun. Sementara proyeksi laba bersih juga diturunkan sebesar 40% dari perkiraan awal sebesar Rp 10,45 triliun menjadi Rp 6,32 triliun.
Baca Juga: Kinerja PTBA Diprediksi Turun, Intip Rekomendasi Sahamnya
Axel pun menurunkan peringkat PTBA dari add menjadi netral dengan target harga Rp 3.000.
"Kami berpikir bahwa penurunan harga batubara dan kenaikan biaya akan mencegah kenaikan. Namun, mungkin akan ada lompatan sementara dalam jangka pendek karena potensi imbal hasil dividen yang menggiurkan sebesar 25%," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News