Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi
Irmanto mengakui, sulit untuk memprediksikan harga batubara ke depan. Namun, sebagai bagian upaya mengurangi emisi karbon dari kegiatan operasi, INCO tengah melakukan studi untuk mengganti batubara dan minyak dengan sumber energi yang ramah lingkungan, seperti LNG atau bio mass. “Mudah-mudahan di akhir tahun ini kami bisa mendapatkan kejelasan dari studi ini,” terang Irmanto.
Emiten semen juga menjadi sektor yang banyak menggunakan batubara sebagai bahan bakar. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) mencatatkan kenaikan beban pokok pendapatan sebesar 6,44% menjadi Rp 4,57 triliun. Salah satu komponen yang mengalami kenaikan adalah bahan bakar dan listrik, yang naik 14,16% menjadi Rp 1,83 triliun.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Indocement Antonius Marcos mengatakan, biaya energi mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga batubara. Pada semester I-2021, sebanyak 43% dari total biaya produksi berasal dari biaya energi.
Meskipun biaya energi mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga batubara, Marcos menyebut sejumlah strategi cukup berhasil menjaga kinerja INTP.
Strategi yang dilakukan seperti coal mixing (mencari campuran harga batubara terefisien), pengoperasian pabrik yang semakin efisien, program efisiensi di segala bidang yang dilakukan, serta volume penjualan yang lebih besar membuat laba usaha INTP meningkat tajam sebesar 69% pada semester I-2021.
Catatan Kontan.co.id, INTP juga saat ini sedang menyelesaian proyek fasilitas penerimaan refuse-derived fuel (RDF) di Citeureup. Fasilitas RDF ini nantinya akan mengolah limbah menjadi bahan bakar. INTP memperkirakan, proyek akan selesai di kuartal keempat tahun ini.
Baca Juga: Indika Energy (INDY) kerek target produksi batubara tahun ini jadi 37,3 juta ton
Analis BRIDanareksa Sekuritas Maria Renata dalam risetnya, Rabu (4/8) mengatakan, INTP mampu memitigasi kenaikan biaya karena emiten semen ini menggunakan batubara dari persediaannya, menggunakan bahan bakar alternatif, dan menggunakan porsi batubara berkalori rendah atau low calorific value (LCV) yang lebih tinggi.
Maria mencatat, per Juni 2021, sebanyak 11,7% dari campuran bahan bakar INTP berasal dari bahan bakar alternatif. Persentase ini meningkat dari 9,3% di akhir 2020. Adapun, porsi batubara kalori rendah yang digunakan mencapai 87% dari total bahan bakar fosil.
Tingginya perkiraan harga batubara di semester II-2021 dibarengi dengan jadwal pelunasan utang perusahaan kecil berskala kecil, berpotensi membuka peluang bagi pemain semen untuk meningkatkan harga jual rerata (ASP).
Maria mempertahankan rekomendasi beli saham INTP dengan target harga Rp 15.400.
Analis BRIDanareksa lainnya yakni Stefanus Darmagiri juga merekomendasikan beli saham INCO dengan target harga Rp 6.300.
Selanjutnya: China masih menjadi faktor utama dalam mendongkrak harga batubara
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News