Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Selangkah lagi, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) bakal menguasai Lundin Indonesia Holding BV. Kedua pihak telah meneken perjanjian jual beli saham awal Oktober lalu.
Pemilik Lundin Indonesia adalah Lundin Petroleum AB, perusahaan eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi asal Swedia.
Akuisisi itu meliputi aset Lundin di Indonesia, termasuk hak partisipasi non-operator di Blok Lematang, hak partisipasi operator di South Sokang dan Blok Cendrawasih VII, serta Perjanjian Studi Bersama (joint study agreement) atas Blok Cendrawasih VIII.
Selama ini, Lundin aktif beroperasi di Eropa dan Asia Tenggara. Kelak, akuisisi ini bakal menambah produksi gas MEDC di jangka panjang. MEDC memiliki kapasitas produksi 42 MMscfd.
Dengan beralihnya Lundin ke tangan MEDC, diharapkan ada tambahan kapasitas 1.800 boepd setara 11 MMscfd lagi. Lundin menguasai 25,8% hak partisipasi di Lapangan Singa (Lematang PSC).
Lundin juga memiliki 100% hak partisipasi di Blok Cendrawasih VII (Cendrawasih VII PSC), 100% hak partisipasi di Cendrawasih VIII JSA, dan 60% hak partisipasi di Blok South Sokang (South Sokang PSC).
Nilai aset yang akan diambilalih MEDC mencapai US$ 22 juta atau Rp 297 miliar (kurs Rp 13.500 per dollar AS). Finalisasi transaksi tinggal menunggu persetujuan Pemerintah Indonesia.
Kiswoyo Adi Joe, analis Investa Saran Mandiri, menilai, ada tiga skema yang biasa dilakukan perusahaan migas untuk menambah kapasitas produksi. Pertama, mencari titik atau lahan gas benar-benar dari nol, belum pernah studi bahkan eksplorasi.
Hal ini memang berisiko besar. Risiko paling utama adalah semua biaya eksplorasi yang dikeluarkan, tapi ternyata tidak ada minyak atau gas. Namun jika terbukti ada minyak atau gas, pendapatan sebanding dengan risiko.
Cara kedua dan ketiga masing-masing, mengakuisisi hak non operator dan hak partisipasi operator. "Nah biasanya, jika kondisi harga (minyak dan gas) lesu seperti saat ini, skema kedua dan ketiga paling banyak dilakukan," imbuh Kiswoyo, Kamis (22/10).
Akuisisi ini mungkin tak berpengaruh banyak terhadap prospek MEDC. Soalnya, kapasitas Lundin tak besar, sekitar 26% dari kapasitas MEDC.
Lucky Bayu Purnomo, analis LBP Enterprise memberikan gambaran serupa. Akuisisi itu tak berpengaruh signifikan terhadap prospek MEDC. Perhatian pasar justru masih fokus pada kondisi harga komoditas yang masih menurun.
Dus, pergerakan saham MEDC cenderung penurunan sejak Agustus lalu. "Pasar lebih banyak menjual dibandingkan membeli MEDC," jelas Bayu.
Hasan, analis Ciptadana Securities, dalam risetnya menjelaskan, MEDC memang memiliki sejumlah agenda akuisisi. Namun, salah satu yang paling ditunggu adalah akuisisi atas delapan blok di Tunisia.
Kedelapan blok ini memiliki cadangan lumayan besar, sebesar 16.000 boepd. Kapasitas ini baru bisa tercapai pada tahun 2019. Kiswoyo merekomendasikan hold MEDC, dengan target Rp 1.200 per saham. Bayu merekomendasikan sell dengan target Rp 1.050.
Sedangkan Hasan menyarankan hold dengan target Rp 2.270. Harga saham MEDC kemarin menurun 0,86% menjadi Rp 1.155 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News