kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak Strategi Investasi Defensif di Tengah Ketidakpastian Global


Sabtu, 30 April 2022 / 08:50 WIB
Simak Strategi Investasi Defensif di Tengah Ketidakpastian Global


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan ketidakpastian kondisi global dan kenaikan suku bunga AS saat ini membuat Financial Planner Finansia Consulting Eko Endarto memandang bahwa investor perlu bersikap lebih hati-hati.

Menurut Eko instrumen investasi yang menarik dan cocok dimiliki saat ini adalah di pasar uang. "Tren inflasi tinggi, ada kemungkinan orang akan mengurangi pengeluaran, amannya investasi di pasar uang yang juga paling likuid," kata Eko, Jumat (29/4).

Selain itu, Eko juga memandang emas masih menarik untuk dibeli. Terlebih jika harganya sedang terkoreksi. Bagaimana pun perang Rusia dan Ukraina masih membawa kondisi pada ketidakpastian.

CEO Edvisor.id Praska Putrantyo juga mengatakan alokasi aset investasi saat ini lebih ideal jika mayoritas berada di instrumen berbasis pendapatan tetap seperti, deposito dengan bunga kompetitif, surat utang tenor pendek.

Jika investor memiliki profil risiko agresif, Eko mengatakan, saham di sektor komoditas dan energi bisa jadi alternatif investasi yang menarik. "Kita tahu, dari konflik Rusia-Ukraina mengganggu pasokan komoditas dan harganya jadi naik," kata Eko.

Praska juga mengatakan investasi di pasar saham pada sektor yang sejalan dengan pemulihan ekonomi dan mendapat eksposur pada membaiknya sektor riil, jadi pilihan yang menarik. Seperti contohnya, sektor perbankan, konsumen, infrastruktur, properti, konstruksi, hingga industri dasar atau bahan baku.

Baca Juga: Menakar Peluang Fenomena Sell In May and Go Away Pada Tahun Ini

Namun, Praska memandang saham sektor komoditas sudah mencetak rekor tertinggi dan rawan terjadi aksi ambil untung (profit taking).

Selain itu, obligasi korporasi dengan peringkat invesment grade juga menarik untuk dipilih.  Sementara, investasi pada obligasi pemerintah terutama yang tenor panjang juga baiknya dikurangi.

Alasannya, potensi kenaikan suku bunga dapat memicu kenaikan imbal hasil yang selanjutnya memicu tekanan pada harga obligasi pemerintah.

Tentunya, memburu dollar AS juga menarik di tengah potensi kenaikan suku bunga AS. Ibrahim memproyeksikan jika AS menaikkan suku bunga di Mei dan Juni atau lebih agresif dollar AS berpotensi menguat terhadap rupiah di Rp 14.600 di tahun ini.

Sementara, Praska menyarankan investasi pada aset kripto baiknya dikurangi. Sebab, ada potensi berkurangnya likuiditas ke aset ini akibat inflasi tinggi secara global.

Tren bullish sedang terjadi di pasar saham, kenaikan suku bunga juga terjadi akibat inflasi tinggi saat perbaikan ekonomi terjadi, investor biasanya berpaling dari aset kripto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×