Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tapering yang akan dilakukan Federal Reserve masih menjadi sentimen utama yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah pada pekan ini. Terlebih, Federal Open Market Committee (FOMC) meeting akan dilaksanakan pada 21-22 September mendatang.
Analis Global Kapital Investama Alwi Assegaf mengatakan, sentimen tapering akan menjadi fokus utama yang diperhatikan investor. Karena itu, pelaku pasar menanti hasil FOMC meeting.
Alwi bilang, ada dua kemungkinan yang akan dilakukan Federal Reserve di pekan ini. Pertama, the Fed mulai merinci kapan waktu pelaksanaan tapering, dengan menyinggung mengenai besaran tapering. Jika ini dilakukan, dolar Amerika Serikat (AS) pasti menguat, dan menekan rupiah.
Kedua, jika The Fed kembali ambigu, artinya tidak menetapkan waktu kapan tapering, hal ini akan bisa membuat dolar terkoreksi. “Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah The Fed dot plot. Jika semakin banyak pejabat the Fed yang mendukung ke arah kenaikan suku bunga di tahun 2023, itu juga bisa mengangkat dolar,” jelas Alwi.
Baca Juga: Pasar menanti hasil RGBI, rupiah diproyeksi menguat terbatas di awal pekan
Untuk sentimen dari dalam negeri, Alwi bilang, sentimen terdapat dari Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang dilakukan pada 20-21 September. Bank Indonesia diperkirakan masih mempertahankan suku bunga di angka 3,5%.
Akan tetapi, pelaku pasar lebih tertarik pada pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo mengenai pandangan ekonomi dan arah kebijakan moneter ke depannya. Selain itu, perkembangan Covid-19 di dalam negeri juga akan dicermati investor.
Sehingga, Alwi menaksir, pergerakan rupiah masih akan sideway, meskipun ada potensi pelemahan karena isu tapering. Tetapi jika ada proyeksi optimistis dari BI, maka pelemahan tersebut akan dapat dibatasi.
Alwi memperkirakan rupiah akan bergerak di rentang Rp 14.180 per dolar AS - Rp 14.285 per dolar AS pada pekan ini.
Sekedar mengingatkan, pergerakan rupiah di pasar spot terkoreksi 0,13% selama seminggu, dan ditutup di level Rp 14.223 per dolar AS.
Sedangkan rupiah Jisdor melemah 0,05% selama perdagangan di pekan lalu dan ditutup di level Rp 14.233 per dolar AS pada Jumat (17/9).
Selanjutnya: Permintaan tes PCR di Kimia Farma (KAEF) naik dua kali lipat di bulan lalu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News