kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.488.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.574   -9,00   -0,06%
  • IDX 7.607   47,75   0,63%
  • KOMPAS100 1.183   9,89   0,84%
  • LQ45 945   7,68   0,82%
  • ISSI 229   1,65   0,72%
  • IDX30 485   3,38   0,70%
  • IDXHIDIV20 583   5,24   0,91%
  • IDX80 135   1,14   0,86%
  • IDXV30 142   0,46   0,33%
  • IDXQ30 162   1,42   0,88%

Simak rekomendasi untuk saham-saham bluechips yang berhasil rebound usai anjlok


Sabtu, 12 September 2020 / 07:05 WIB
Simak rekomendasi untuk saham-saham bluechips yang berhasil rebound usai anjlok


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham kelas kakap yang tergabung dalam Indeks LQ45 mulai menghijau pada perdagangan hari ini, setelah ambles hingga menyentuh auto rejection bawah (ARB) pada perdagangan kemarin.

Saham  PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) kemarin sama-sama terkoreksi hingga 6.93%. Pada penutupan perdagangan hari ini, saham BMRI naik 1,86% ke level Rp 5.475 sementara saham SMGR bergeming di level Rp 9.400.  

Saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) dan PT Ace Hardware Indoenesia Tbk (ACES) menguat masing-masing 3,76% dan 5,78% setelah kemarin ambles hingga 6,9%.

Baca Juga: Terkejut PSBB Jakarta, saham-saham blue chip sempat mentok auto rejection bawah (ARB)

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, investor sudah bisa  mencicil beli saham BMRI, JPFA, BBCA, dan SMGR. Sementara saham peritel (retailer) seperti ACES, William menyarankan agar investor menghindari dulu saham sektor ini.

Sebab, William menilai masih adanya kabar  tentang pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang masih dikaji ulang (revisi). Melansir pemberitaan, permintaan revisi ini terutama datang dari kalangan pengusaha. 

“Sebaiknya menunggu kepastiannya bagaimana, kalau memang (PSBB) direvisi barulah boleh dilirik kembali. Karena kalau PSBB total tetap dijalankan, maka jadi sentimen negatif untuk retailers,” ujar William kepada Kontan.co.id, Jumat (11/9).

Saat seperti ini, William mengatakan investor bisa  mengabaikan penilaian valuasi saham seperti price to earning ratio (PER). Karena saat ini pasar sedang mengukur tren, maka sangatlah wajar apabila PER menjadi semakin mahal selama suatu saham terus uptrend.

Baca Juga: Simak, ini sejumlah sentimen yang akan menyetir IHSG pekan depan

“Paling tidak, investornya sendiri yang bisa mengukur dengan indikator seperti MACD, Apabila sudah membentuk dead cross maka ada potensi mengakhiri penguatannya,” sambung dia.

Sementara itu, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana justru mengatakan, ada baiknya para pelaku pasar agar merealisasikan terlebih dahulu keuntungan yang sudah didapat. 

Herditya pun merekomendasikan pelaku pasar agar tidak terlalu memasang mode agresif saat ini. “Jangan terlalu agresif terlebih dahulu untuk masuk ke pasar karena masih adanya potensi koreksi,” ujar Herditya, Jumat (11/9).

Baca Juga: IHSG ambles 4,26% dalam sepekan, ini deretan pemicunya

Hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,56% ke level 5.016,712 setelah kemarin (10/9) ambruk hingga 5,01%. William menilai, naiknya IHSG hari ini akibat technical rebound seiring kabar tentang kemungkinan pengkajian kembali (revisi) pemberlakuan PSBB. 

“Tetapi ini jadi memberikan ketidakpastian karena masih sebatas isu,” pungkas William. 

Selanjutnya: Prospek emiten ritel seiring pemberlakuan kembali PSBB total

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Eksekusi Jaminan Fidusia Pasca Putusan MK Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES)

[X]
×