kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi untuk 10 saham LQ45 yang anjlok paling dalam


Senin, 23 Maret 2020 / 06:10 WIB
Simak rekomendasi untuk 10 saham LQ45 yang anjlok paling dalam


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 33,41% ke level 4.194,94 hingga perdagangan Jumat (20/3). Sementara itu, indeks LQ45 turun lebih dalam, yakni 38,42% secara year to date (ytd).

Sebagai pengingat, indeks tersebut berisi 45 saham yang memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar, serta fundamental perusahaan yang baik. Meskipun begitu, seluruh saham di dalamnya mencatatkan penurunan dengan kisaran 19%-72% ytd.

Baca Juga: Market cap LQ45 hangus Rp 1.712 triliun, ini 10 saham dengan porsi turun paling besar

Sepuluh saham dengan penurunan harga terdalam diduduki secara berurutan oleh saham-saham berikut:

  1. PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT) turun 71,38% ytd,
  2. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) 67,97%,
  3. PT Barito Pacific Tbk (BRPT) 65,23%,
  4. PT PP (Persero) Tbk (PTPP) 64,98%, 
  5. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) 63,18%,
  6. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) 59,49%,
  7. PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) 58,29%,
  8. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) 57,86%, dan
  9. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) 55,48%.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony berpendapat, 10 saham di atas menjadi saham dengan penurunan paling dalam karena berbagai faktor. Untuk WSKT, PTPP, dan WIKA, merebaknya pandemi virus corona di Indonesia membuat proyek-proyek konstruksi cenderung terhenti. Kemudian, penurunan saham INCO dan ANTM disebabkan oleh harga komoditas nikel yang tengah merosot.

"Untuk BRPT, selalu saya bilang penurunannya karena harga sahamnya sudah sangat mahal secara fundamental dan LPPF karena rasio pembayaran dividen tahun buku 2019 lebih kecil dari tahun sebelumnya," kata Chris kepada Kontan.co.id, Minggu (22/3).

Baca Juga: Simak proyeksi IHSG untuk perdagangan Senin (32/3)

Selanjutnya, merosotnya harga saham PGAS, AKRA, dan TKIM disebabkan oleh kinerja perusahaan yang cenderung turun sehingga tidak menarik bagi investor. Sebagai contoh, pada 2019, PGAS mencatatkan penurunan laba bersih 77,84% secara tahunan, dari US$ 304,99 juta menjadi US$ 67,58 juta. Sementara itu, AKR Corporindo mencatatkan penurunan pendapatan 7,81% secara tahunan menjadi Rp 21,70 triliun pada 2019, dari sebelumnya Rp 23,54 triliun.

Untuk ke depannya, Chris juga belum melihat prospek bagus pada saham-saham tersebut. Pasalnya, persebaran virus corona yang semakin meluas berpotensi membuat panic selling investor terus berlanjut.

Chris lebih menyarankan investor untuk mengoleksi saham-saham LQ45 yang bergerak pada industri barang konsumsi. "Selain karena valuasinya sudah murah, produk-produknya digunakan oleh masyarakat luas sehingga membuat kinerja perusahaan dapat cenderung bertahan," ungkap dia.

Baca Juga: Tak cuma Indonesia, investor asing juga cabut dari pasar saham Malaysia dan Thailand

Sementara itu, secara teknikal, Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani merekomendasikan investor untuk wait and see terlebih dahulu. Alasannya, pasar saham masih berada dalam tren penurunan. "Memang ada potensi rebound teknikal pada IHSG tapi potensi rebound-nya masih terbatas," ucap Hendriko.

Dia menyarankan investor untuk menunggu apakah IHSG dapat menembus level resistance-nya sehingga berpotensi berbalik arah dari posisi downtrend. Menurut Hendriko, resistance terdekat IHSG berada di kisaran 4.300-4.360, sedangkan support-nya berada di level 4.000. Namun, apabila support tersebut dapat ditembus, maka IHSG berpotensi turun lagi ke 3.800-3.850.

Baca Juga: Aksi jual asing di pasar obligasi berlanjut, apa yang harus dilakukan investor lokal?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×