Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk sepertinya akan menghadapi massa depan cemerlang di tahun ini. Pada kuartal-I emiten yang memiliki kode saham BMRI, anggota indeks Kompas100 ini berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 7,2 triliun. Angka tersebut tumbuh 23,4% (yoy) dibandingkan periode sama tahun lalu yakni sebesar Rp 5,9 triliun.
Analis MNC Sekuritas Nurulita Hawaningrum mengatakan, pencapaian laba BMRI yang ciamik karena pendapatan bunga bersih tumbuh 9% menjadi Rp 14,3 triliun dan beban provisi berkurang 28%.
Karenanya, perseroan mencatat pertumbuhan kredit mencapai 12,4% (yoy) menjadi Rp 790,5 triliun, berada di atas rata-rata pertumbuhan industri perbankan di kisaran 12,1% (yoy).
Karena biaya provisi berkurang secara signifikan, biaya kredit (CoC) meningkat menjadi 1,4% dari rata-rata. Katanya ini merupakan pinjaman yang terendah dalam empat tahun terakhir. Perbaikan paling signifikan berasal dari segmen pinjaman komersial, yang telah menjadi kontributor utama NPL beberapa tahun terakhir.
Di sisi lain, pertumbuhan kredit emiten yang tergabung dalam indeks kompas100 ini juga ditopang oleh perbaikan kualitas kredit ditambah makin minimnya biaya cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang dialokasikan Bank Mandiri. Tercatat BMRI juga mampu menurunkan biaya CKPN hingga 28,09% yoy menjadi Rp 2,7 triliun dari kuartal I-2018 sebesar Rp 3,8 triliun.
Sementara masalah rasio kredit bermasalah (NPL gross) Bank Mandiri hingga akhir Maret 2019 tercatat di level 2,68% dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang sebesar 3,32%. “NPL turun karena restrukturisasi dan write off cukup besar,” kata Nurulita kepada Kontan.co.id, Selasa (14/5).
Analis Ciptadana Sekuritas, Erni Marsella mengatakan dari segi net interest income (NII) Bank Mandiri pun tumbuh sebesar 9% yoy menjadi Rp 14,4 triliun.
“Ini adalah pertumbuhan NII terkuat di antara rekan-rekan BUMN yang rendah sampai dengan kuartal-I,” kata Erni dalam risetnya 30 April 2019.
Di sisi lain, marjin bunga bersih alias net interest margin (NIM) BMRI turun tipis 15 basis point menjadi 5,66%, lebih rendah bila dibandingkan kuartal I-2018 sebesar 5,80%.
Tetapi, menurut Nurulita level NIM Bank Mandiri masih tergolong terjaga karena porsi dana rendah sekitar 60% dan DPK yang berasal dari deposito. “Suku bunga deposito BMRI masih dijaga untuk menjaga NIM,” tutur Nurulita.
Untuk menggenjot kinerja, kabarnya BMRI akan masuk ke segmen kredit low risk yang akan jadi tumpuan kredit Bank Mandiri selanjutnya. Antara lain berasal dari kredit mikro, kredit pemilikan rumah (KPR), kredit kendaraan bermotor.
Kata Nurulita tentunya ini sejalan dengan keinginan perseroan agar porsi kredit konsumer menguat. Ia pun merespon positif karena dapat memperbesar segmen low risk yang sebelumnya belum menjadi segmen unggulan.
Makanya, analis PT Deutsche Verdhana Sekuritas Indonesia Rayold Kosasih meramal, sampai dengan akhir tahun ini, laba bersih BMRI masih bisa tumbuh mencapai Rp 28,072 triliun atau tumbuh 25,8% dibanding tahun lalu.
Begitu pula dengan pendapatan operasionalnya bisa tumbuh hingga Rp 61,633 triliun atau tumbuh 24,8%, kata Raynold dalam risetnya 30 April 2019.
Saat ini Nurulita merekomendasikan hold saham BMRI dengan target harga Rp 7.850 sampai dengan akhir tahun. Sebab secara likuiditas saham BMRI masih tergolong ketat.
Sementara Reni merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp 8.800 sampai dengan akhir tahun. Begitu pula, Raynold merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp 10.500 sampai dengan akhir tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News