Reporter: Rashif Usman | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) diprediksi makin positif hingga akhir tahun 2024. Sentimen ini didorong oleh margin laba kotor yang lebih tinggi dan biaya operasional yang lebih rendah.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto memaparkan laba inti KLBF solid di semester I-2024. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan, efisiensi operasional dan normalisasi persediaan.
Di segmen obat resep, produk unbranded generik tumbuh 21% year on year (YoY), melanjutkan tren pertumbuhan yang melampaui segmen produk branded turun 3% YoY dan segmen lisensi tumbuh 16% yoy.
KLBF mengharapkan pendapatan dari produk khusus seperti onkologi dan biosimilar akan meningkat secara bertahap di masa depan. Tercatat, pendapatan dari produk khusus tersebut menyumbang sebesar 3% dari total pendapatan pada semester I-2024.
Ini juga didukung oleh persetujuan produk Zerpidio (HLX10 untuk kanker paru) yang dikomersialkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Thailand.
Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) Catat Kenaikan Laba Bersih 18,42% di Semester I 2024
KLBF juga berencana untuk mendapatkan persetujuan FDA Korea Selatan pada produk Efesa GXE4 untuk penyakit ginjal kronis dan ekspansi ke negara-negara Asia Tenggara lainnya. Sementara untuk wilayah Timur Tengah dan Australia untuk produk biologi baru yang telah disetujui bekerja sama dengan Genexine asal Korea Selatan dan Henlius asal Tiongkok.
Natalia melihat, laba inti KLBF akan meningkat tahun ini dan tahun depan didorong oleh Gross Profit Margin (GPM) atau margin laba kotor yang lebih tinggi dikombinasikan dengan biaya operasional yang lebih rendah.
BRI Danareksa Sekuritas telah merevisi naik GPM KLBF untuk tahun 2024-2025, masing-masing sebesar 70 basis points (bps) dan 50 bps menjadi 39,4% dan 39,3%. Pasalnya, KLBF bakal diuntungkan dari biaya bahan aktif farmasi (API) lebih rendah.
Dengan biaya operasional yang lebih rendah, Natalia juga menurunkan estimasi pengeluaran modal per pendapatan (opex/rev) sebesar 90 bps di tahun 2024 dan 100 bps di 2025.
"Penyesuaian tersebut menghasilkan laba inti KLBF mencapai Rp 3,2 triliun di sepanjang 2024 dan Rp 3,5 triliun di tahun depan," tulis Natalia dalam risetnya, Selasa (20/8).
Sementara itu, Analis Ciptadana Sekuritas Alif Ihsanario mengharapkan, pertumbuhan KLBF akan berlanjut hingga akhir tahun.
Pendapatan pada segmen farmasi serta bidang kesehatan dan nutrisi konsumen diperkirakan berlanjut tumbuh satu digit hingga akhir tahun 2024.
Dengan demikian, manajemen berharap ada kantong-kantong pertumbuhan baru pada segmen nutrisi, misalnya bergeser pada produk nutrisi dengan format cair dan juga kesehatan konsumen melalui minuman berenergi yang diterima dengan baik di Malaysia.
"Kami mengantisipasi opex akan tetap ramping pada semester II-2024, karena manajemen menyebutkan cara-cara baru untuk memasarkan secara efisien termasuk memanfaatkan tim Customer Relationship Management (CRM) yang ada, serta mengurangi biaya Research and development (R&D) untuk setengah tahun berikutnya," ungkap Alif dalam risetnya, Kamis (8/8).
Alif merekomendasikan hold untuk saham KLBF dengan target Rp 1.700 per saham. Sebab, KLBF masih dibayangi perlambatan konsumsi konsumen, volatilitas nilai tukar rupiah dan gangguan rantai pasokan.
Sementara, Natalia menyarankan buy untuk saham KLBF dengan target harga Rp 1.800 per saham. Katalis positif utama untuk KLBF antara lain, adanya ekspektasi pertumbuhan pendapatan dan potensi pemulihan margin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News