Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pasar yang sedang tertekan, ternyata masih ada emiten yang mencatat pertumbuhan laba fantastis.
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, ada tiga emiten yang kenaikan laba bersihnya mencapai tiga digit yakni PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Timah Tbk (TINS), dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) di tiga bulan pertama tahun ini.
Misalnya, untuk SILO, anggota indeks Kompas100 ini, , kenaikan labanya mencapai 579% yoy menjadi Rp 3,32 triliun dari Rp 493 miliar. Sementara itu, pendapatan perusahaan naik 18,21% secara yoy menjadi Rp 1,71 triliun dari Rp 1,44 triliun.
Sementara untuk TINS, anggota indeks Kompas100 ini, laba bersih meroket 452,30% menjadi Rp 301,27 miliar, naik dari tahu lalu di periode yang sama Rp 54,54 miliar. Tak hanya itu, pendapatan emiten plat merah ini juga melonjak 108,15% yoy dari Rp 2,03 triliun menjadi Rp 4,23 triliun di kuartal I-2019.
Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk Amin Haris mengatakan, kinerja yang positif ini karena mulai kuartal II-2018 produksi biji timah perusahaan meningkat. Keadaan tersebut berlanjut di kuartal I-2019 ini yang rata-rata produksi biji timah TINS antara 6.000 ton-7.000 ton tiap bulannya.
"Ini disebabkan karena tata kelola penambangan kita yang lebih tertib dan lebih baik dengan mengetahui asal usul biji timah, kejelasan IUP dan cadangan timah itu sendiri," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (15/5).
Kendati begitu, saat ini perusahaan khawatir perang dagang akan berefek kepada kinerja. Tapi, lanjut Amin, TINS optimistis keadaan ini akan bersifat sementara.
"Kekhawatiran ada dan saat ini memang harga (timah) di bawah US$ 20.000 pet metrik ton, tapi tetap kami optimistis penurunan ini hanya sementara saja," tegas dia.
Kemudian untuk RALS, perusahaan ritel ini juga berhasil mencetak laba Rp 77,5 miliar atau naik 428,2% secara yoy.
Sekretaris Perusahaan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) Setyadi Surya menjelaskan, pada tiga bulan pertama tahun ini, perusahaan berhasil menekan jumlah biaya operasional sebesar 1,1% menjadi Rp 420,8 miliar dari sebelumnya Rp 425,4 miliar di kuartal I-2018.
Tak hanya itu, RALS, anggota indeks Kompas100 ini, juga berhasil mencatatkan pendapatan lain-lain yang cukup besar, yakni dari pendapatan bunga sebesar Rp 33,6 miliar, penjualan saham treasury Rp 17,2 miliar, dan dari klaim asuransi untuk toko di Palu sebesar Rp 11,7 miliar.
Ke depan, RALS mengaku menunggu momen Lebaran untuk meningkatkan pendapatan. Tapi, hingga akhir tahun Setyadi mengaku, memasang target pertumbuhan yang cenderung konservatif yakni sekitar 4%-5%.
Meski begitu, Analis Mirae Asset Sekuritas Christine Natasya mencatat dalam riset awal bulan ini, RALS mengalami kerugian operasi di kuartal pertama dan empat tahun terakhir. Maka itu, ia juga berharap di kuartal kedua ini pendapatan bisa kembali meningkat dan margin perusahaan juga sehat.
Hal tersebut mengingat, tahun ini Idul Fitri dan liburan sekolah yang tidak akan tumpang tindih, sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang lebih baik dari tahun lalu. Lalu juga ada momen libur Paskah yang jatuh pada bulan April, ini bisa berkontribusi pada pendapatan kuartal II-2019.
Untuk itu ia masih merekomendasikan trading buy untuk saham RALS di harga Rp 2.000 per saham.
Sementara itu, Kepala Riset Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, SILO di tahun ini menambah lima rumah sakit pada tahun 2019.
Ekspansi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja SILO karena dapat meningkatkan jumlah pasien. Tapi tentu hal ini belum terlihat dalam jangka pendek tentu belum.
"Ini investasi yang bagus sekali karena bisnis bedah otak itu kan masih sedikit ya. Jadi ini inovasi yang bagus, tapi arahnya jangka panjang," jelas dia.
Tapi ia percaya, kinerja SILO masih akan bertumbuh dan utang bisa saja membesar jika semua ekspansi tersebut dilakukan dengan berutang. "Namun rasio utang SILO terbilang rendah hanya DER nya cuma 21,82% jadi masih aman," tuturnya.
Ia merekomendasikan beli saham SILO dengan target harga untuk jangka pendek di level Rp 4.000 hingga Rp 4.200 per saham.
Kemudian untuk TINS, William bilang, pergerakan sahamnya cenderung turun.
Hal itu seiring dengan perang dgang yang disinyalkan AS-China yang berefek harga komoditas yang volatile.
"Bisa, kalau harga komoditasnya menurun karena perang dagang maka prospek akan redup kembali, tapi terlepas dari kinerja, pergerakan saham TINS cenderung turun," katanya, Rabu (15/5).
Ia rekomendasi buy on weakness untuk TINS dengan target Rp 1.250 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News